Literasi Keluarga Jadi Fokus DWP Cimahi, Peran Ibu Disebut Kunci Membangun Budaya Baca

Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Cimahi

SURAT KABAR, CIMAHI - Rendahnya tingkat keterbacaan masyarakat yang masih berada di bawah rata-rata nasional mendorong Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Cimahi mengambil langkah konkret. 

Organisasi yang menaungi istri Aparatur Sipil Negara (ASN) dan ASN perempuan ini menitikberatkan pada penguatan literasi keluarga, dengan menempatkan ibu sebagai pusat penggerak utama.

Ketua DWP Kota Cimahi, Noor Qodariah Harjono, menegaskan literasi keluarga adalah fondasi penting untuk membangun budaya baca di masyarakat. 

Menurutnya, tantangan terbesar kini datang dari derasnya arus digital yang membuat anak-anak lebih akrab dengan gawai dibandingkan buku.

“DWP berupaya mendukung Pemkot Cimahi khususnya di bidang literasi. Karena kita tahu, saat ini tingkat keterbacaan masyarakat masih di bawah rata-rata. Upaya DWP dengan kegiatan ini mudah-mudahan bisa menjangkau keluarga-keluarga ASN untuk membangkitkan minat baca, khususnya di dalam keluarga. Keluarga kecil dulu, yang inti dulu,” ujar Noor, Jumat (3/10/2025).

Noor menekankan, teladan pertama datang dari ibu. Dalam lingkup keluarga, peran ibu dinilai strategis dalam membentuk kebiasaan membaca anak.

“Bagaimana mereka bisa memahami, bisa suka dulu dengan membaca. Jadi tantangan yang sekarang sedang berlomba-lomba dengan digital, minimal dari peran ibu terutama. Karena sentra dalam keluarga itu adalah peran ibunya menggiatkan literasi di dalam keluarga,” katanya.

Ia menambahkan, kebiasaan membaca tidak bisa hanya diperintahkan, melainkan harus dicontohkan secara nyata.

“Mungkin kita tahu literasi tidak hanya membaca, tetapi fokus utamanya adalah membaca dulu. Kalau misalnya ibunya tidak suka membaca, bagaimana anaknya mau membaca,” jelasnya.

DWP Cimahi, lanjut Noor, mendorong para anggotanya untuk gemar membaca agar dapat menjadi role model bagi anak-anak. 

"Jadi kami mendorong ibu-ibu Dharma Wanita untuk gemar membaca, sehingga ada contoh dari anak-anaknya untuk mereka juga mengikuti gaya ibunya, tidak melulu dengan memegang HP meskipun kita tahu juga di dalam HP itu tidak negatif semua,” ucap Noor.

Meski kritis terhadap dampak gawai, Noor tidak menampik bahwa teknologi juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana literasi. 

Di Cimahi, masyarakat sudah dapat memanfaatkan platform e-Lib sebagai perpustakaan elektronik, sementara di tingkat nasional tersedia aplikasi iPusnas.

“Sekarang bisa disiasati. Kalau anak tidak suka membaca buku fisik, kita dorong ke e-Lib itu sehingga yang dia buka di dalam HP adalah bacaan-bacaan yang memungkinkan dia bisa berpikir logis, bisa berpikir yang baik-baik. Bukan nge-scroll konten yang aneh-aneh,” jelasnya.

Menurut Noor, strategi adaptif ini penting agar anak-anak tetap mengakses literasi melalui medium digital tanpa terjebak pada konsumsi konten yang tidak mendidik. Fokus DWP, katanya, menyasar tiga lingkup: sekolah, keluarga, dan masyarakat, dengan prioritas pada penguatan keluarga.

Meski anggotanya terbatas pada istri ASN dan ASN perempuan, Noor menilai pengaruh DWP dapat meluas ke masyarakat luas. 

“Jangan lepas berprasangka kalau keluarga ASN itu juga bagian dari masyarakat. Di keluarga internal itu ada keluarga, ada kerabat, ada jaringan. Nah, apa yang disiapkan di sini bisa ditularkan ke anggota masyarakatnya,” pungkas Noor. (SAT)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar