Hobi yang Menemukan Jalannya
“Jadi ini dijual, baik untuk orang di luar maupun di dalam SMK. Profitnya buat sekolah lalu dibelikan bahan lagi, jadi terus berjalan,” terang Anggun.
Baginya, belajar di jurusan kuliner bukan hanya soal resep, tetapi juga soal berwirausaha, mengatur modal, hingga melayani konsumen. “Prakteknya dari kelas 10, tapi dari kelas 11 ini selama 3 bulan full kita masak di kafe,” katanya sambil tersenyum malu.
Dari Sekolah Menuju Dunia Nyata
Kepala Program Keahlian Kuliner, Widya Widina, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari ujian praktik sistem blok.
“Selama satu bulan setengah, siswa fokus belajar kuliner, lalu diakhiri dengan pameran karya. Setelah itu, mereka masuk ke teaching factory, di mana siswa benar-benar mengelola kafe sendiri,” jelasnya.
Menurut Widya, siswa tidak hanya belajar memasak, tetapi juga mengelola bisnis kecil.
“Mereka yang jadi kasir, yang melayani pembelian, menyiapkan bahan, sampai membagi tugas dapur. Semua dilakukan oleh siswa. Itu yang membuat mereka semakin mandiri,” paparnya.
Ia menambahkan, respon siswa sangat positif.
"Mereka merasa kegiatan ini bukan beban, tapi justru menyenangkan. Karena mereka merasakan realitas kerja di industri, bukan hanya teori di kelas,” ujarnya.
Harapan dan Masa Depan
Bagi Widya, program ini juga menjadi inspirasi bagi adik kelas agar memiliki gambaran nyata saat nanti memasuki kelas XI. Pameran dibuka tidak hanya untuk warga sekolah, tetapi juga masyarakat umum.
“Kami ingin pembelajaran ini meningkatkan kompetensi siswa, membuat mereka percaya diri, dan siap menghadapi dunia kerja,” harap Widya.
Di balik senyum ceria para siswa, ada kerja keras, keberanian mencoba, dan semangat untuk tidak menyerah.
Dari ruang kelas hingga kafe sederhana, mereka belajar bahwa sebuah hobi bisa berkembang menjadi keahlian, dan keahlian bisa menjadi bekal hidup yang berharga. (SAT)
0 Komentar