Belajar Bukan Hanya Teori, Siswa SMKN 3 Cimahi Hadirkan Industri Kuliner di Dalam Sekolah

Teaching Factory Culinary Display Kreasi Rasa Inovasi Karya SMKN 3 Kota Cimahi

SURAT KABAR, CIMAHI - Aroma roti panggang dan kopi hangat menyambut setiap pengunjung yang datang ke Tillu Coffee and Eatery, sebuah aula sekolah yang disulap menjadi kafe kecil oleh siswa-siswi jurusan kuliner SMKN 3 Kota Cimahi

Bukan sekadar ruang pamer, kafe ini menjadi tempat di mana para remaja menyalurkan kreativitas, menantang diri, dan belajar tentang arti kerja keras serta kemandirian.

Pada Jumat (22/8/2025), ratusan pengunjung menyaksikann dan mencicipi langsung Culinary Display Kreasi Rasa Inovasi Karya siswa siswi SMKN 3 Kota Cimahi.

Di sana, siswa kelas XI Kuliner 3 dengan penuh semangat menampilkan hasil belajar mereka, mulai dari fruit carving yang rumit, kue dan roti dengan tampilan modern, minuman segar inovatif, hingga makanan khas Nusantara dan western. 

Semua tersaji dalam suasana riuh namun penuh kebanggaan.

Hobi yang Menemukan Jalannya


Bagi Tiara Putri Wulandari, memasak bukan sekadar keterampilan, melainkan bagian dari hidupnya sejak kecil. Kini, hobinya itu semakin terasah di bangku SMKN 3 Cimahi.

“Aku emang hobi masak, makanya aku ngambil jurusan kuliner. Aku banyak banget pelajaran dari jurusan kuliner ini, dari cara mengolah, bukan hanya makanan Indonesia, tapi juga makanan luar,” ungkap Tiara dengan senyum sumringah.

Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Tantangan sering muncul, baik dari resep yang rumit hingga kerja sama tim yang beragam. 

“Pasti ada kesulitannya masing-masing, tapi karena kitanya terus berusaha dan mau belajar, pasti bisa dilakukan,” katanya mantap.

Kreativitas Jadi Jalan Belajar Mandiri
Di sudut lain, Anggun Armanda sibuk menawarkan produk buatannya, kue soes kering, milk bun, hingga cappuccino cincau yang langsung diserbu pengunjung. 

Ia bercerita dengan penuh semangat bahwa seluruh hasil penjualan produk siswa dikembalikan untuk kebutuhan produksi berikutnya.

“Jadi ini dijual, baik untuk orang di luar maupun di dalam SMK. Profitnya buat sekolah lalu dibelikan bahan lagi, jadi terus berjalan,” terang Anggun.

Baginya, belajar di jurusan kuliner bukan hanya soal resep, tetapi juga soal berwirausaha, mengatur modal, hingga melayani konsumen. “Prakteknya dari kelas 10, tapi dari kelas 11 ini selama 3 bulan full kita masak di kafe,” katanya sambil tersenyum malu.

Dari Sekolah Menuju Dunia Nyata

Kepala Program Keahlian Kuliner, Widya Widina, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari ujian praktik sistem blok. 

“Selama satu bulan setengah, siswa fokus belajar kuliner, lalu diakhiri dengan pameran karya. Setelah itu, mereka masuk ke teaching factory, di mana siswa benar-benar mengelola kafe sendiri,” jelasnya.

Menurut Widya, siswa tidak hanya belajar memasak, tetapi juga mengelola bisnis kecil. 

“Mereka yang jadi kasir, yang melayani pembelian, menyiapkan bahan, sampai membagi tugas dapur. Semua dilakukan oleh siswa. Itu yang membuat mereka semakin mandiri,” paparnya.

Ia menambahkan, respon siswa sangat positif. 

"Mereka merasa kegiatan ini bukan beban, tapi justru menyenangkan. Karena mereka merasakan realitas kerja di industri, bukan hanya teori di kelas,” ujarnya.

Harapan dan Masa Depan

Bagi Widya, program ini juga menjadi inspirasi bagi adik kelas agar memiliki gambaran nyata saat nanti memasuki kelas XI. Pameran dibuka tidak hanya untuk warga sekolah, tetapi juga masyarakat umum.

“Kami ingin pembelajaran ini meningkatkan kompetensi siswa, membuat mereka percaya diri, dan siap menghadapi dunia kerja,” harap Widya.

Di balik senyum ceria para siswa, ada kerja keras, keberanian mencoba, dan semangat untuk tidak menyerah. 

Dari ruang kelas hingga kafe sederhana, mereka belajar bahwa sebuah hobi bisa berkembang menjadi keahlian, dan keahlian bisa menjadi bekal hidup yang berharga. (SAT)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar