Kereta Cepat Whoosh Dinilai Potensial, Namun Terkendala Konektivitas dan Persaingan Jalan Tol

Kereta Cepat Whoosh Dinilai Potensial, Namun Terkendala Konektivitas dan Persaingan Jalan Tol

SURAT KABAR, BANDUNG BARAT – Anggota Komisi VII sekaligus Badan Legislasi DPR RI. Ir. H. Bambang Haryo Soekartono, melakukan kunjungan kerja ke Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) di Stasiun Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (19/8/2025). 

Kunjungan tersebut bertujuan untuk meninjau langsung potensi layanan Kereta Cepat Whoosh rute Jakarta–Bandung yang digadang mampu menjadi transportasi modern andalan masyarakat.

Bambang mengungkapkan, potensi Kereta Cepat Whoosh cukup besar dengan tingkat keterisian penumpang mencapai 75 persen pada akhir pekan dan sekitar 50 persen pada hari kerja. 

Namun, ia mengingatkan bahwa keberadaan jalan tol baru yang ditargetkan Presiden Joko Widodo sejak lama bisa menjadi kompetitor serius bagi moda transportasi ini.

“Sebenarnya sangat potensial kalau tidak ada kompetisi lainnya yang akan dibangun, yaitu jalan tol yang dulu sudah ditargetkan Pak Jokowi,” ujarnya kepada wartawan di lokasi.

Bambang menambahkan, jika jalan tol baru tersebut terealisasi, maka waktu tempuh kendaraan roda empat dari Jakarta ke Bandung bisa hanya sekitar 45 menit hingga 1 jam. Menurutnya, kondisi itu berpotensi menggerus kemampuan operasional KCIC.

“Ini tentu akan menggerus kemampuan operasional atau menemui kesulitan untuk biaya operasional dari kereta cepat ini,” tuturnya.

Selain itu, ia menyoroti pengaruh bandara. Sebelumnya, Bandara Husein Sastranegara sempat ditutup sehingga faktor keterisian penumpang (load factor) KCIC masih terjaga.

Namun, kini bandara tersebut kembali dibuka bahkan akan difungsikan secara internasional.

“Sekarang kan Husein Sastranegara ini dibuka kembali apalagi akan dibuka internasional, maka tentu ini juga akan mengurus kemampuan KCIC atau kereta cepat ini untuk menutup biaya operasional,” ungkap Bambang.

Meski demikian, ia melihat peluang besar KCIC untuk mendukung sektor pariwisata, baik di Jawa Barat maupun di Jakarta.

Menurutnya, masing-masing wilayah memiliki daya tarik yang khas sehingga layanan kereta cepat dapat saling menunjang.

“Dengan adanya kereta cepat ini bisa menunjang kemampuan atau peningkatan pariwisata yang ada di wilayah Jawa Barat maupun Jakarta karena potensi wisatanya mempunyai kekhasan sendiri-sendiri,” kata Bambang.

Ia menilai Kereta Cepat Whoosh sangat potensial, namun masih menghadapi tantangan besar dalam aspek konektivitas transportasi, terutama di Jakarta.

“Transportasi Whoosh belum mencapai ke stasiun sentral Jakarta maupun belum terkoneksi dengan Bandara Halim Perdanakusumah. Jarak dari Halim sekitar 10 kilometer, sedangkan dari Stasiun Gambir sekitar 15,3 kilometer. Konektivitas menuju Whoosh menjadi cukup mahal,” jelasnya.

Ia menambahkan, meski di Padalarang sudah tersedia kereta feeder menuju Stasiun Bandung, masyarakat Jakarta masih harus menggunakan transportasi publik atau pribadi untuk menuju Stasiun Halim, yang menjadi titik keberangkatan KCIC. Hal ini dinilai mengurangi minat masyarakat.

Situasi serupa terjadi di Karawang. Menurut Bambang, lokasi stasiun Whoosh di Karawang tidak dekat dengan pusat fasilitas publik, industri, maupun perumahan.

Akibatnya, tingkat keterisian penumpang sangat rendah, rata-rata tidak sampai 1.000 orang per hari, padahal jumlah penduduk Kabupaten Karawang mencapai 2,5 juta jiwa.

“Ini juga menjadi kendala, demand dari Karawang sangat kecil. Padahal, kalau dioptimalkan, bisa lebih besar. Namun karena tidak terkoneksi dengan pusat-pusat publik, perdagangan, maupun perumahan, pemanfaatannya sangat rendah,” paparnya.

Kondisi ini berdampak pada operasional KCIC. Dari total 11 rangkaian kereta cepat yang dimiliki, hanya lima rangkaian yang beroperasi. 

Minimnya keterisian penumpang dinilai berpotensi memperbesar kerugian pengelola, seperti yang dialami PT Wijaya Karya (WIKA) pada 2023 dengan kerugian sekitar Rp7,12 triliun akibat investasi di KCIC.

“Ini satu tantangan besar. Bagaimana perbaikan manfaat transportasi kereta cepat bisa benar-benar dirasakan masyarakat,” pungkas Bambang. (SAT)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar