DPRD Cimahi Soroti Inovasi Mesin Petasol, Bakal Didorong Masuk Agenda Pembahasan

DPRD Cimahi Soroti Inovasi Mesin Petasol, Bakal Didorong Masuk Agenda Pembahasan

SURAT KABAR, CIMAHI - Inovasi pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar bensin dan solar melalui teknologi mesin pirolisis, atau dikenal dengan sebutan Petasol, mulai menarik perhatian para pemangku kebijakan di Kota Cimahi. 

Teknologi ini dikembangkan oleh Bank Sumber Daya Sampah Induk Melong RW 26 bersama sejumlah pegiat lingkungan, dan menjadi yang pertama diterapkan di wilayah tersebut.

Mesin pirolisis yang digunakan merupakan hasil gagasan Wahyu Dharmawan, pegiat lingkungan dan persampahan Bank Sampah RW 26 Melong, bersama Lionard Sutandi dari Bank Sampah Bandung Great. 

Mesin ini sebenarnya berasal dari Banjarnegara dan sudah melalui beberapa generasi sejak tahun 2014, namun baru mulai digunakan di Cimahi pada Februari 2025.

Ketua DPRD Kota Cimahi, Wahyu Widyatmoko, bersama anggota DPR RI Lydia Hanifa dan anggota Komisi I DPR RI Ayi, turun langsung meninjau lokasi dan melihat proses pengolahan sampah tersebut.

“Kami berkunjung ke sana dan menyaksikan serta mendengarkan secara langsung penjelasan dan proses pengolahan sampah plastik dengan berbagai jenis,” ungkap Wahyu saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Sabtu (19/7/25).

Ia mengaku terkesan dengan teknologi yang mampu mengolah plastik menjadi dua jenis bahan bakar, yakni bensin dan solar.

“Mohon maaf saya tidak hafal semua jenis plastiknya, tapi ada beberapa yang memang bisa diolah menjadi dua, yaitu bensin dan solar,” tuturnya.

Meski begitu, Wahyu mencatat bahwa kapasitas produksi masih sangat terbatas.

“Kemarin masih ada satu mesin yang saya lihat secara langsung, dan kapasitasnya juga masih terbatas, hanya mampu mengolah sekian ton sampah plastik per hari. Sehingga, untuk benar-benar menanggulangi sampah plastik di Kota Cimahi, tentunya harus ada dukungan baik dari pemerintah maupun investor,” katanya.

Terkait sikap pemerintah, Wahyu menilai teknologi ini perlu dikaji lebih lanjut.

“Kalau menurut kajian Pemerintah Kota teknologi itu bisa menangani sampah plastik, saya rasa memang sebaiknya dikembangkan,” ujarnya.

Selain ramah lingkungan, teknologi ini juga berpotensi menciptakan dampak ekonomi.

“Menurut penjelasan beliau, teknologi ini memang sustain. Hampir tidak ada yang terbuang dari sampah plastik jenis tertentu. Proses teknologinya melalui pembakaran, lalu uapnya itu bisa menghasilkan bahan bakar seperti bensin dan solar. Sisa sampah keringnya pun bisa dimanfaatkan kembali,” papar Wahyu.

Ia pun berkomitmen akan membawa temuan ini ke dalam pembahasan legislatif.

“Insya Allah, hal-hal seperti ini bagi saya adalah hal baru. Karena saya sendiri kemarin melihatnya cukup menarik. Ini tentunya nanti akan saya sampaikan kepada Pemerintah Kota, khususnya Dinas Lingkungan Hidup, apakah teknologi ini perlu ditindaklanjuti atau dikembangkan oleh Pemkot atau seperti apa,” katanya.

Lebih lanjut, Wahyu menyebut bahwa harga satu unit mesin pirolisis berkisar hingga setengah miliar rupiah.

“Iya, kalau tidak salah. Tapi memang harga satu mesin itu cukup tinggi, dan mereka masih memiliki satu mesin di sana. Mungkin ini bisa menjadi pembahasan, baik dalam pembahasan anggaran maupun momen-momen lainnya. Kita sampaikan secara khusus kepada Dinas Lingkungan Hidup,” jelasnya.

Wahyu berharap teknologi Petasol bisa menjadi solusi berkelanjutan atas permasalahan sampah plastik di Kota Cimahi.

“Yang pertama, teknologi ini harus dikaji dulu. Kalau hasil kajiannya menunjukkan bahwa ini memang perlu dikembangkan, ya pemerintah kota seharusnya mensupport. Saya melihat teknologi ini bisa memberikan efek domino yang cukup besar, seperti menyerap tenaga kerja, dan yang paling utama tentu saja menyelesaikan permasalahan sampah plastik di Kota Cimahi,” tegasnya.

Menurutnya, teknologi ini bahkan memiliki potensi untuk mandiri secara operasional.

“Dengan hasil teknologi ini, produk yang dihasilkan bisa berputar sendiri, dalam arti bisa mendukung operasionalnya sendiri. Kalau memang dikembangkan lebih baik lagi. Karena kemarin waktu saya ke sana itu teknologinya masih terus disempurnakan,” tutup Wahyu. (SAT)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar