SURAT KABAR, CIMAHI – Kasih seorang ibu tidak akan pernah terbalas, meski dunia diberikan sebagai ganti. Di tengah arus modernisasi yang kadang melupakan orang tua, Pemerintah Kota Cimahi menunjukkan empatinya.
Melalui program “Cimahi Peduli Ibu”, sentuhan hangat diberikan kepada perempuan lanjut usia yang hidup dalam keterbatasan, memastikan bahwa mereka tak lagi merasa sendirian di usia senja.
Program ini merupakan adaptasi dari inisiatif “Jabar Nyaah Ka Indung” gagasan Gubernur Jawa Barat. Didesain khusus untuk perempuan usia di atas 50 tahun yang hidup dalam kondisi rentan, program ini menyentuh sisi kemanusiaan para aparatur sipil negara (ASN) di Kota Cimahi.
Mereka tak hanya menyumbang secara materi, tetapi juga menjadikan para lansia ini sebagai bagian dari keluarga besar mereka, layaknya seorang anak kepada ibu.
Langkah itu bukan sekadar wacana. Kepala Dinas Sosial Kota Cimahi, Ahmad Saefullah, turun langsung ke rumah sederhana milik Ibu Entin (69), seorang janda lansia yang tinggal bersama anaknya di RT 03 RW 02 Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara.
“Kehadiran kami saat ini adalah dalam rangka mendukung program Gubernur Jawa Barat, yaitu Nyaah Ka Indung. Kami hadir untuk menyerahkan bantuan berupa paket sembako dan uang tunai kepada Ibu Entin, sebagai bagian dari program sumbangan kasih sayang ini,” ujar Ahmad saat ditemui di lokasi, Jum'at, 11 Juli 2025.
Namun bukan sekadar paket sembako yang dibawa. Lebih dari itu, yang hadir adalah kehangatan, rasa hormat, dan pengakuan bahwa Ibu Entin kini menjadi bagian dari keluarga besar ASN Dinas Sosial Kota Cimahi.
“Setiap bulan, beliau akan menerima bantuan langsung dari kami. Karena Ibu Entin kini sudah menjadi bagian dari keluarga besar kami, sebagai 'Indung',” tambah Ahmad.
Tak hanya itu, Ahmad juga meminta agar Lurah setempat turut aktif memperhatikan kebutuhan dasar para lansia, khususnya akses layanan kesehatan.
“Program ini hanya akan berhasil kalau semua ASN di Kota Cimahi ikut terlibat. Ini bentuk nyata pengabdian kepada masyarakat, terutama para lansia yang hidup sendiri dan membutuhkan uluran tangan,” tegasnya.
Lurah Citeureup, Rusli Sudarmadi, yang turut hadir dalam kunjungan itu, memberikan apresiasi mendalam. Ia mengakui bahwa program ini membawa perubahan besar dalam cara masyarakat memandang dan merawat para lansia.
“Sebagai lurah, saya sangat menghargai program ini. Program ini menugaskan setiap ASN untuk menjadi anak asuh bagi para ibu yang sudah lanjut usia dan secara ekonomi memang membutuhkan perhatian,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa proses penetapan siapa saja yang akan menjadi “Indung” dilakukan melalui usulan RT dan RW, dengan dasar pertimbangan ekonomi.
“Tidak harus lansia yang sudah ditinggal atau hidup sendiri, tapi yang secara ekonomi memang membutuhkan perhatian,” jelas Rusli.
Ia berharap program “Cimahi Peduli Ibu” terus berjalan dan menjadi gerakan sosial berkelanjutan.
“Serta bisa membangun kesadaran di tengah masyarakat tentang pentingnya kepedulian terhadap sosok ibu. Karena ibu bukan hanya milik keluarga, tapi juga bagian dari kita semua,” ujar Rusli dengan nada penuh keyakinan.
Di sudut rumah, duduk Ibu Entin, dengan pakaian sederhana dan mata yang berkaca-kaca. Bukan karena sembako yang diterima, tapi karena perhatian yang datang setelah sekian lama ia jalani hidup dalam sunyi. Dengan suara lirih dan penuh makna, ia mengucapkan syukur mendalam.
“Abdi mah ukur jalmi nu teu aya nanaon, mugia rejekina sing langkung seueur. Sing salamet dunya akhirat,” ucapnya penuh harap.
Ia pun menitipkan doa-doa terbaiknya bagi para ASN dan anak-anak muda yang tergabung dalam program ini.
“Barudakna sing jadi budak nu hadé, nu jujur jeung daria. Muga-muga kapayunna barudakna meunang kahirupan nu hade, nu pinuh ku kabagjaan,” harapnya.
Tak lupa, ia menutup dengan sebuah harapan dan doa yang menyentuh hati siapa pun yang mendengarnya.
“Lamun ieu téh jadi cita-cita ti anjeun sadayana, mugia Allah ngabulkeun, sareng dibales ku salamet dunya jeung akhirat. Mugia anu masrahkeun bantuan ogé, dipaparin panjang yuswa, kasehatan, jeung berkah ku Gusti Nu Maha Kawasa,” tutup Ibu Entin sambil menengadah pelan ke langit-langit rumahnya.
Di balik bantuan sederhana, tersimpan harapan besar: agar lansia tidak lagi menjadi bayang-bayang dalam pembangunan, tetapi tetap menjadi cahaya yang dihargai dan dirangkul. Cimahi, kini bukan hanya peduli, tapi benar-benar menyayangi para “Indung” sepenuh hati. (SAT)
0 Komentar