DPRD Cimahi Soroti Minimnya Fasilitas Seni, Pemkot Diminta Maksimalkan Aset Terbengkalai

Sekretaris Komisi III DPRD Kota Cimahi, Barkah Setiawan

CIMAHI, SURAT KABAR - Minimnya fasilitas seni dan budaya di Kota Cimahi kembali menjadi sorotan. Sekretaris Komisi III DPRD Kota Cimahi, Barkah Setiawan, menilai bahwa perhatian pemerintah kota terhadap sarana kesenian, olahraga, dan ruang ekspresi anak muda masih sangat kurang. Ia menekankan perlunya optimalisasi terhadap aset yang sudah ada, ketimbang membangun dari awal.

Sangkuriang itu bisa multiguna, bisa digunakan sebagai pusat kesenian. Bisa dipakai pusat olahraga Kota Cimahi. Dari awal berdiri Kota Cimahi, gedung seni yang tetap juga belum ada. Padahal kalau kita pakai aset-aset Pemerintah Kota Cimahi untuk digunakan seperti itu,” ujar Barkah saat dihubungi via telefon, Jumat (4/7/2025).

Menurutnya, Gedung Rio yang dulunya merupakan bioskop dan kini berubah fungsi menjadi area komersial yang merupakan salah satu contoh aset yang tidak dimaksimalkan untuk kepentingan publik. Meskipun statusnya milik provinsi, Pemerintah Kota Cimahi dinilai belum mampu mengelolanya secara optimal.

Tak hanya itu, Lapangan Sangkuriang yang memiliki nilai historis juga dinilai belum diberdayakan secara maksimal. Padahal, kata Barkah, fasilitas tersebut memiliki potensi besar sebagai ruang aktivitas generasi muda dan kegiatan budaya.

“Sementara sekarang penggunaannya belum optimal. Hal-hal seperti ini harus dimaksimalkan. Misalnya kalau berbicara budaya, di Cimahi itu kan ada tempat yang sangat sakral, namanya Cireundeu. Itu kan harus dimaksimalkan Cireundeu seperti apa,” ucapnya.

Ia menyoroti bahwa kontribusi pemerintah terhadap kawasan adat Cireundeu tak seharusnya berhenti pada pembangunan simbolik seperti gapura. Lebih dari itu, diperlukan upaya pelestarian budaya dan pengembangan kawasan agar tidak tergerus oleh alih fungsi lahan.

“Sebetulnya Cirendeu ini terkenalnya sudah sampai ke mancanegara. Banyak bule ke sana. Itu kan besar kalau dimaksimalkan. Yang dulunya sampah, pembuangan sampah yang terjadi korban dan sebagainya. Tempat-tempat yang berdekatan dengan budaya, Cireundeu dan sebagainya, kan sesuatu yang budaya itu sendiri akan menghilangkan budaya itu sendiri. Seciri-hasil Cireundeu memang harus ada, karena itu aset budaya Kota Cimahi,” paparnya.

Barkah juga mengungkapkan, penganggaran untuk pengembangan fasilitas semacam Sangkuriang sejauh ini belum maksimal. Ia mengklaim sempat ada rencana bantuan dari Pemprov Jawa Barat, namun gagal direalisasikan.

“Kalau melihat situasi, kan belum maksimal. Penganggaran terhadap fasilitas yang ada belum maksimal. Itu juga hal lainnya, keberadaan aset harus jelas. Sangkuriang itu kan kota kecil. Jadi kalau tidak maksimal tempat yang ada, ya susah. Jangan berharap dulu cari lokasi yang lain, karena untuk mencari lokasi yang lain kan cukup mahal. Biayanya akan jauh lebih besar dibanding memaksimalkan yang ada,” jelasnya.

Terkait program revitalisasi ruang kreatif untuk anak muda yang sempat dilontarkan saat masa kampanye Wali Kota dan Wakil Wali Kota, Barkah mengatakan pihaknya masih menunggu realisasi konkret dari janji tersebut.

“Pihaknya masih menunggu, karena memang sudah lebih dari 100 hari kerja. Ada hal-hal yang sangat prioritas mungkin. Kita menunggu visi-visi Wakil Wali Kota hari ini yang dilahirkan kemarin. Saya kira progres-progres pembangunan sudah mulai kelihatan,” ucap Barkah.

Meski mengakui adanya sejumlah perkembangan seperti pembangunan jalan dan pembongkaran area tengah Alun-Alun, Barkah menilai sektor seni dan budaya masih belum tersentuh secara menyeluruh.

“Kalau memang misalnya ke bidang seni dan sebagainya, ya kan baru pelan-pelan Pak Wali sama Pak Wakil hari ini baru meraba-raba. Apalagi misalnya ditambah dengan anggaran yang tidak terlalu besar untuk Kota Cimahi,” pungkasnya. (SAT)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar