Meski Minim Fasilitas, Sanggar Tari Mutiara Cimahi Justru Harumkan Daerah di Kancah Nasional

Sanggar Tari Mutiara Cimahi saat Tampil di Acara World Dance Day di Denpasar Bali

SURAT KABAR, CIMAHI – Di tengah keterbatasan fasilitas kesenian di Kota Cimahi, Sanggar Tari Mutiara Cimahi justru berhasil mencatatkan prestasi membanggakan. Dengan membina anak-anak usia dini, bahkan hingga tampil di televisi nasional, sanggar ini menunjukkan bahwa keseriusan dalam melestarikan budaya tradisional tak selalu bergantung pada sokongan pemerintah.

Sanggar Tari Mutiara Cimahi bahkan sempat dipercaya tampil dalam peringatan World Dance Day di Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu. Penampilan mereka kala itu mendapat perhatian luas, dengan mayoritas penonton berasal dari mancanegara.

Kondisi ini memantik tanggapan dari Sekretaris Komisi III DPRD Kota Cimahi, Barkah Setiawan. Meski mengaku baru mengetahui kiprah sanggar tersebut, Barkah menyampaikan apresiasi tinggi terhadap pelaku budaya yang mampu menembus panggung nasional

“Pastilah saya mengapresiasi para budayawan, apalagi yang sudah berkiprah bisa sampai go nasional gitu ya. Go nasional, saya mengapresiasi,” ucap Barkah saat dihubungi via telefon, Jum'at 4 Juli 2025.

Barkah mengaku tertarik untuk mengenal lebih dekat aktivitas sanggar tersebut. Ia bahkan berencana mengunjungi langsung lokasi latihan untuk melihat apa saja yang dibutuhkan sanggar demi menunjang aktivitas mereka.

“Malah saya pengen tahu nih tempatnya di mana. Ya insyaallah suatu saat saya akan singgah ke sanggar seni tersebut. Ya, saya pengen memberikan apresiasi khusus dari saya pribadi terhadap para pelaku budaya yang ada di Kota Cimahi, apalagi yang sudah berkiprah seperti itu. Saya tinggal minta alamatnya aja di mana gitu ya. Nanti saya jambangin ke sana. Karena saya pengen tahu apa saja yang ada di sana, fasilitas apa saja yang perlu disupport dan sebagainya, gitu kan,” ujarnya.

Meskipun Komisi III DPRD Cimahi lebih fokus pada sektor pembangunan, Barkah menilai kontribusi terhadap kesenian tetap penting. Apalagi ketika ada anak-anak muda Cimahi yang menunjukkan prestasi dan dedikasi untuk melestarikan budaya tradisional.

“Walaupun saya misalnya ada di komisi yang tinggal masalah pembangunan, tapi tidak ada salahnya orang Cimahi ikut ingin memberikan motivasi lah. Ikut ingin memberikan reward lah terhadap anak-anak yang sudah mempunyai prestasi, go di luar Cimahi. Tinggal minta alamatnya aja nanti kirimkan ke saya alamatnya. Namanya siapa, saya insyaallah akan seraturahmi ke beliau,” lanjut Barkah.

Namun Barkah tak menampik bahwa permasalahan utama yang membayangi geliat seni di Cimahi adalah ketiadaan wadah yang layak. Banyak sanggar seni justru harus mencari tempat di luar kota demi bisa tampil dan berkembang.

“Sebetulnya semua budaya itu ada di kita, dan di Cimahi mah yang tari kecak juga ada yang bisa, tari topeng juga ada yang bisa. Kenapa? Karena memang dari tiap wilayah mereka membawa seni masing-masing ke kita. Di kita, seni jaipong itu kan sudah mulai, kemarin misalnya ada sanggar seni dan sebagainya. Sanggar-sanggar seni juga banyak di kita, cuma karena wadahnya belum ada. Wadah maksudnya fasilitas tempatnya belum memadai, sehingga mereka berkiprahnya di luar Cimahi. Dan ini sangat disayangkan,” jelasnya.

Ia berharap ke depan Cimahi memiliki fasilitas kesenian yang representatif, yang bisa menaungi para pelaku seni baik tradisional maupun modern.

“Mudah-mudahan harapan tadi, ya tadi misalnya tempat hiburannya ada, fasilitas hiburannya ada. Termasuk memfasilitasi kaum seni, tari, seni tradisional maupun seni modern itu ada. Sehingga betul-betul kota ini,” imbuhnya.

Barkah juga menyoroti potensi besar generasi muda Cimahi yang kerap berkumpul dan menampilkan karya di kawasan Brigif, salah satu titik kreativitas warga.

“Karena kita lihat deh, kita dengar, di Brigif itu kan tidak jarang adanya band, gitar, dan sebagainya. Orang-orang yang tingkat levelnya nasional juga muncul di situ. Dan ini kan perlu dorongan, perlu dukungan dari pemerintah-pemerintah Cimahi,” katanya.

Namun Barkah menilai, keterbatasan dukungan yang ada saat ini bukan semata karena ketidaktertarikan pemerintah, melainkan karena waktu kepemimpinan wali kota dan wakil wali kota yang masih relatif baru menjabat.

“Dan saya yakin pemerintah yang lahir hari ini cukup konsen juga. Karena memang waktunya saja baru beberapa bulan. Bila melaksanakan jabatan menjadi wali kota dan wakil wali kota, belum sampai menjamak maksimal terhadap seni budaya itu. Baru bisa mensupport, menghadiri, dan sebagainya. Baru itu saja,” tutupnya. (SAT)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar