SURAT KABAR, CIMAHI — Di tengah padatnya permukiman Kota Cimahi, sekelompok warga di RW 04 Kelurahan Cimahi berhasil menyulap gang sempit menjadi kebun anggur produktif.
Bernaung di bawah Kelompok Wanita Tani (KWT) Rosela, mereka tidak hanya menanam anggur, tetapi juga mengembangkan aneka olahan berbasis tanaman tersebut mulai dari cheesestick daun anggur, es lumut, hingga dimsum yang dibungkus daun anggur.
Ketua KWT Rosela, Nurfitri, menyebutkan bahwa Kampung Anggur yang mereka kelola tidak difokuskan untuk penjualan buah anggur segar, melainkan bibitnya.
“Kalau kita kan banyak jenisnya juga, jadi memang bukan untuk dijual buahnya. Kita jual bibitnya. Makanya susah juga kalau harus dipanen semua, kadang diatur waktunya biar berkelanjutan. Jadi nggak semua dibuahin,” ujar Nurfitri saat ditemui di lokasi, Rabu 30 Juli 2025.
Selain cuaca yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anggur, perawatan tanaman ini pun tidak bisa sembarangan.
“Ini nggak boleh kena hujan langsung. Sinar matahari harus cukup, tapi tetap dijaga dari hama. Untuk pupuk kita pakai POC, vegetatif dan generatif, semuanya organik,” lanjutnya.
KWT Rosela juga memproduksi beragam olahan turunan dari tanaman anggur, yang dikerjakan secara kolektif oleh para anggotanya.
Produk seperti cheesestick daun anggur, es yoghurt, puding, dan es lumut anggur dijual mulai dari harga Rp10.000. Penjualannya kini bergantung pada sistem pre-order (PO) atau bazar.
“Kalau dulu sempat dijual rutin, sekarang tergantung ibu-ibu yang bikin. Tapi kalau ada bazar kita aktif produksi lagi,” jelas Nurfitri.
Ia menambahkan, omset yang dihasilkan bisa mencapai Rp1 juta per bulan, meskipun tidak stabil, karena juga menjual bunga sedap malam.
Produk olahan seperti dimsum dan es krim daun anggur dibuat secara gotong-royong oleh para anggota KWT. Pemerintah Kota Cimahi pun beberapa kali memberi dukungan, terutama saat ada event atau bazar.
“Respon dari pemerintah baik. Kalau ada bazar, suka order juga dari kita,” kata Nurfitri.
Sementara itu, pengelola Kampung Anggur Rosela, Zulkifli (58), menuturkan bahwa inisiatif ini bermula dari ide Ketua RT yang disambut positif oleh warga. Kampung Anggur ini berdiri sejak 2022 dan sempat dikunjungi Wali Kota Cimahi saat panen pertama.
“Anggur itu tanaman yang bisa dibilang ‘elit’, jadi waktu itu pas disambut baik oleh Pemkot juga, akhirnya jadi kampung tematik,” ujar Zulkifli.
Menurutnya, tantangan utama dalam budidaya anggur bukan pada panen, tetapi justru pada perawatan intensif yang harus dilakukan sejak awal.
“Kalau tanaman biasa kan bisa ditinggal, tapi ini dari nol sampai berbuah harus terus dipantau. Hama, pemupukan, semuanya harus rutin,” jelasnya.
Zulkifli menyebutkan bahwa terdapat sekitar 14 titik kebun aktif dan enam titik pembibitan yang tersebar di gang-gang sekitar permukiman.
“Kalau ditotal dari gang depan sampai mentok itu hampir 100 meter lebih lah. Jenis anggurnya juga banyak, kita punya 54 jenis, walaupun yang ditanam aktif sekitar 20,” katanya.
Harga bibit bervariasi tergantung jenis. Paling murah jenis Jupiter, sekitar Rp100.000 per bibit. Yang paling mahal, kayak buah tin, itu Rp300.000 per bibit.
"Buah anggur yang dijual dipatok seharga Rp100.000 per kilogram, dengan sistem petik sendiri oleh pengunjung," ujarnya.
Zulkifli menegaskan bahwa keunggulan bibit dari Kampung Anggur Rosela bukan hanya pada kualitas, tetapi juga pada bentuk tanggung jawabnya kepada pembeli.
“Banyak yang beli dari online terus ngeluh, katanya asem atau nggak berbuah. Kalau di sini kan jelas, bisa tanya langsung, kita kasih nomor WA, bahkan bisa dipantau sampai berbuah,” tuturnya.
Kampung Anggur Rosela kini menjadi ruang hidup warga yang bukan hanya menanam, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi berbasis komunitas.
Di balik dedaunan hijau yang merambat di gang-gang kota, tersembunyi semangat gotong royong, kemandirian ekonomi, dan kreativitas ibu-ibu kota kecil yang tak gentar menghadapi cuaca maupun pasar. (SAT)
0 Komentar