Berlangsung Selasa (17/6/2025) di halaman sekolah, acara yang mengusung tema "Dari Kesederhanaan Menuju Prestasi yang Gemilang" ini menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan anggaran bukanlah penghalang untuk menciptakan perayaan penuh makna.
Kepala SDN Cigugur Tengah, Dewi Cahyanti, menjelaskan bahwa sekolah ingin menggali potensi siswa melalui kegiatan seni, namun adanya regulasi dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kota Cimahi yang melarang pengumpulan dana dari orang tua untuk acara perpisahan.
Tak hanya itu, perpisahan di luar sekolah pun tidak diizinkan. Maka, SDN Cigugur Tengah memilih merancang sebuah acara internal yang inklusif, murah meriah, inovatif, tapi tetap berkesan.
"Untuk menyeragamkan, ortu berinisiatif pada beberapa kelas membuat kostum dari keresek dan karung bekas," ujar Dewi saat ditemui di sela-sela acara.
Alih-alih menyewa kostum atau membeli pakaian baru, siswa diajak untuk memanfaatkan baju yang sudah dimiliki di rumah.
Bahkan, beberapa kelas tampil memukau dengan kostum dari bahan daur ulang seperti plastik bekas, karung goni, dan kertas koran. Ini bukan sekadar tampil beda, tapi sekaligus menyampaikan pesan kuat tentang kesadaran lingkungan.
Dewi menjelaskan, seluruh proses persiapan dilakukan dalam waktu dua minggu. Latihan digelar setiap hari sepulang sekolah. Keterlibatan aktif datang dari seluruh elemen seperti guru, siswa, orang tua, komite sekolah, hingga koordinator kelas. Tak hanya itu, properti dan dekorasi pun disusun dari bahan bekas.
"Untuk dekor pun agar murah dan bermanfaat menggunakan barang bekas, dengan tenda dibuat dari beberapa kain samping yang disatukan dengan hekter," jelasnya.
Tenda yang biasa kita lihat dari bahan mahal, di sekolah ini justru terbuat dari kain jarik, disatukan manual, dilengkapi properti dari bungkus kopi dan tas bekas hajatan. Benar-benar panggung seni dari rakyat untuk rakyat.
Yang patut diapresiasi, kegiatan ini tak hanya menjadi ruang ekspresi bagi siswa reguler. Anak-anak berkebutuhan khusus juga turut dilibatkan, membaur dalam satu panggung yang setara. Sebuah langkah nyata menuju pendidikan inklusif yang sesungguhnya.
Dewi mengatakan bahwa penentuan tampilan hingga pembuatan kostum melibatkan siswa secara aktif. Untuk siswa kelas tinggi, pembuatan kostum dilakukan sepulang sekolah dengan bimbingan guru. Sedangkan untuk kelas bawah, dibuat di rumah bersama orang tua.
"Untuk kelas tinggi, kostum dibuat sendiri oleh siswa dibimbing guru sepulang sekolah. Untuk kelas bawah, kostum dibuat oleh siswa di rumah dibantu oleh ortu dan dipantau oleh guru," ungkapnya.
Kebijakan larangan perpisahan di luar sekolah, yang semula dianggap membatasi, justru menjadi titik balik inovasi. Sekolah memanfaatkan momentum ini untuk menciptakan format baru yang lebih hemat, lebih mendidik, dan lebih dekat dengan nilai-nilai gotong royong.
"Memanfaatkan bahan bekas, artinya untuk pelaksanaan perpisahan ini meminimalisir budget. Dan kita pensi dengan 0 rupiah," tegas Dewi.
Lebih jauh, acara ini pun dijadikan satu rangkaian dengan pembagian rapor. Sebuah langkah efisien untuk menghemat waktu, tenaga, dan memastikan semua siswa mendapat porsi perhatian yang seimbang.
"Hiburan kegiatan pelepasan pun bisa lebih meriah digabung dengan kelas 1-5. Semua tampilan tiap kelas melibatkan semua siswa baik reguler maupun siswa yang berkebutuhan khusus," tutupnya.
SDN Cigugur Tengah Kota Cimahi membuktikan bahwa sekolah negeri tetap bisa berinovasi dan berempati. Tanpa sponsor, tanpa tiket masuk, tanpa pungutan apa pun, acara ini berhasil membangkitkan rasa bangga, kebersamaan, dan tentu saja haru yang tulus.
"Semoga ilmu yang mereka dapatkan dapat bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, nusa, bangsa, dan agama," pungkas Dewi penuh harap.
Sebuah pelajaran berharga, bahwa dari keresek pun bisa lahir semangat dan prestasi yang gemilang. (SAT)
0 Komentar