Kota Cimahi Dorong Perempuan Jadi Agen Perubahan Menuju Indonesia Emas 2045

Kota Cimahi Dorong Perempuan Jadi Agen Perubahan Menuju Indonesia Emas 2045

SURAT KABAR, CIMAHI –Pemerintah Kota Cimahi menegaskan pentingnya peran strategis perempuan dalam membentuk karakter generasi penerus bangsa. 

Isu ini mengemuka dalam kegiatan Pendidikan Politik Perempuan Tingkat Kota Cimahi yang digelar pada Kamis, 12 Juni 2025 di Aula Gedung A Pemkot Cimahi. 

Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun Kota Cimahi ke-24.

Acara diikuti oleh 170 peserta dari 21 organisasi perempuan, seperti GOW, TP PKK, KPPI, DWP, IWAPI, Forum PUSPA, FPPI, PSDC, PERSIKINDO, dan PPJI. 

Dalam sambutannya, Kepala Badan Kesbangpol Kota Cimahi, Mardi Santoso, menegaskan, dengan populasi Cimahi yang mencapai lebih dari 590.000 jiwa dan hampir separuhnya adalah perempuan, maka kontribusi perempuan sangat menentukan arah pembangunan kota dan bangsa.

“Tema kegiatan ini adalah Peran Perempuan dalam Mendukung Karakter Generasi Penerus Bangsa untuk Indonesia Emas 2045,” kata Mardi.

Dua narasumber dihadirkan, yaitu Aida Cakrawati Konda, anggota DPRD Kota Cimahi, dan Nyi Mas Diane Wulansari, praktisi pendidikan keluarga sekaligus alumni Lemhannas. 

Dalam paparannya, Aida menekankan tiga peran utama perempuan sebagai ibu, yaitu sebagai pendidik pertama dan utama anak, kontributor pembangunan di berbagai sektor, dan subjek maupun objek pemberdayaan perempuan, khususnya dalam politik.

"Ibu adalah pembentuk karakter dan moral anak. Nilai tanggung jawab dan disiplin ditanamkan sejak dini. Di bidang ekonomi, pendidikan, dan sosial, peran perempuan sangat signifikan," kata Aida.

Sementara itu, Diane Wulansari mengangkat sejumlah tantangan yang dihadapi perempuan masa kini dalam upaya menuju Generasi Emas 2045, seperti beban ganda, masalah kesehatan mental, bias gender, serta keterbatasan akses dan keterwakilan perempuan dalam pengambilan keputusan.

Ia menyampaikan, visi perempuan 2045 adalah menjadi pemimpin peradaban yang mencetak generasi unggul dan tangguh dari aspek religius, moral, intelektual, dan emosional. Tiga peran utama perempuan, menurutnya, adalah sebagai edukator, empowerer, dan change maker.

“Dalam peran edukator, ibu membentuk mindset, empati, disiplin, hingga kepribadian anak. Ia juga menjadi role model, teladan dalam menghadapi konflik, dan penjaga nilai kebangsaan,” ujarnya.

Diane juga menekankan pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak usia 0–7 tahun, serta bagaimana kualitas pengasuhan sangat menentukan kualitas otak dan masa depan anak. 

Ia mengungkapkan bahwa tak perlu menjadi orang tua sempurna, cukup menjadi orang tua yang sadar dan mau belajar.

Dalam peran sebagai empowerer, perempuan dinilai sebagai penguat keluarga dan komunitas, penghubung sosial, penjaga nilai dan stabilitas emosi. 

"Ibu tahu kapan harus tenang, dan kapan harus tegas. Ia membentuk generasi yang enjoy, easy, excellent, dan earn sesuai bakatnya," tambahnya. 

Sedangkan dalam peran change maker, perempuan mendorong budaya inklusif dan kesetaraan kepemimpinan melalui keterlibatan di dunia kerja, inovasi sosial, politik, serta kebijakan publik.

Di akhir acara, para peserta mengikuti tiga asesmen, pola pengasuhan, tingkat stres, dan peran aktif dalam pembentukan generasi emas. 

Hasilnya mengejutkan, faktor perceraian tertinggi bukan ekonomi, KDRT, atau perselingkuhan, melainkan kesenjangan komunikasi.

Wali Kota Cimahi, Ngatiyana, yang menutup acara ini, menyampaikan bahwa pendidikan politik perempuan adalah kunci masa depan Kota Cimahi.

"Perempuan harus terlibat dalam politik. Kita perlu menyiapkan kader perempuan yang mumpuni untuk menyuarakan aspirasi perempuan dan anak. Tapi sebesar apa pun capaian perempuan, jangan lupa akan kodratnya," ujar Ngatiyana. 

Ia menegaskan bahwa seluruh gagasan dari para narasumber harus segera diimplementasikan agar Kota Cimahi semakin mantap dan makin hepi. (SAT) 

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar