SURAT KABAR, CIMAHI – Ratusan siswa dan relawan di Kota Cimahi merasakan detak jantungnya semakin cepat saat sirine tanda simulasi gempa bumi menggema di Technopark, Jalan Baros Utama No. 78, Leuwigajah, pada Kamis (22/5/2025).
Kegiatan yang digelar oleh Pemkot Cimahi melalui BPBD setempat ini bukan sekadar unjuk kebolehan melainkan jawaban atas kekhawatiran masyarakat yang tinggal di zona rawan bencana, tepatnya di Kawasan Sesar Lembang yang tanahnya labil.
Sejak pagi, suasana di area Technopark dipenuhi kerumunan siswa dari berbagai sekolah menengah pertama. Mereka berkumpul di lapangan utama, mengenakan rompi oranye cerah, siap mendengarkan arahan petugas.
Simulasi bergulir dimulai dengan latihan evakuasi, diikuti dengan penyematan tanda jalur aman dan titik kumpul. Setiap langkah mereka mendapat panduan langsung dari tim BPBD, relawan PMI, hingga petugas Satpol PP dan Damkar.
“Kami enggak mau hanya tahu teori. Di Cipageran, lokasi SMPN 11 Cimahi kami, tanahnya labil dan tepat di Sesar Lembang. Gedung sekolah kami juga tinggi,” ujar Ahmad Sudarmanto, Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan SMPN 11 Kota Cimahi.
Menurut Ahmad, kegiatan semacam ini wajib rutin digelar agar seluruh warga sekolah memahami prosedur bertindak saat gempa mengguncang.
Di SMPN 11, jalur evakuasi sudah dipetakan dan ditandai dengan jelas.
"Ini kedua kalinya kami menggelar simulasi. Tanda evakuasi dan titik kumpul sudah terpasang, tapi karena lahan terbatas, titik kumpulnya masih di luar area sekolah,” tambah Ahmad.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa sekolah telah membentuk Tim Khusus Kesiapsiagaan Bencana, lengkap dengan SK dan struktur organisasi yang melibatkan guru, tenaga administrasi, dan siswa.
Satu di antara peserta yang antusias adalah Alifia Azahra (15), siswa kelas VIII SMPN 1 Kota Cimahi. Dia mengaku mendapat wawasan baru tentang cara bertindak ketika gempa terjadi.
“Simulasi Apel Siaga Kesiapsiagaan Bencana Nasional ini sangat bermanfaat. Kita jadi tahu langkah awal jika gempa, seperti berlindung di bawah meja sambil melindungi kepala,” katanya usai mengikuti latihan di Technopark.
Menurut Alifia, yang tak kalah penting adalah mengenali momen aman untuk keluar gedung.
"Jika sudah ada tim penyelamat atau kondisi memungkinkan, segera keluar gedung dengan tetap melindungi kepala. Risiko tertimpa reruntuhan bisa diminimalkan,” ujarnya menegaskan.
Dengan kondisi geografis yang rawan, pelatihan seperti ini diharapkan menjadi rutinitas tahunan.
Bukan hanya menyiapkan fisik, tetapi juga membangun kesiapsiagaan mental seluruh lapisan masyarakat Cimahi agar ketika gempa benar-benar terjadi, langkah selamat sudah terpatri dalam ingatan mereka. (SAT)
0 Komentar