Lewat Film, KWT Berseri RW 19 Kampanyekan Sampah Organik Jadi Kompos untuk Ketahanan Pangan Warga

Lewat Film, KWT Berseri RW 19 Kampanyekan Sampah Organik Jadi Kompos untuk Ketahanan Pangan Warga

SURAT KABAR, CIMAHI - Di tengah kepungan masalah lingkungan akibat sampah rumah tangga, sekelompok ibu rumah tangga di RW 19, Kelurahan Cigugur Tengah, Kota Cimahi, punya cara tak biasa untuk menyuarakan perubahan. 

Mereka bukan sekadar memilah dan mengolah sampah organik menjadi kompos, tetapi juga sedang memproduksi film bertema edukatif yang mengangkat peran sampah organik sebagai sumber pupuk tanaman sayur.

Kelompok Wanita Tani (KWT) Berseri, nama komunitas ini, tengah menjalani proses produksi film yang disutradarai oleh Ade, sineas lokal yang mendukung ide pengolahan sampah sebagai isu utama. 

Film ini bukanlah sekadar dokumenter, melainkan ajakan konkret bagi masyarakat untuk mulai memilah dan memanfaatkan sampah organik dari dapur rumah tangga mereka.

Menurut Idar Hendrayani (47), Ketua KWT Berseri RW 19 Cigugur Tengah, gagasan untuk membuat film ini berangkat dari keresahan terhadap masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga, terutama sampah organik. 

Alih-alih dibuang begitu saja, kata dia, sampah organik sisa sayur atau masakan justru bisa diolah menjadi kompos berkualitas tinggi untuk tanaman pangan.

"Awalnya kami ingin menggerakkan masyarakat agar lebih peduli dalam memilah sampah. Sampah organik itu bisa banget dijadikan kompos, apalagi buat tanaman sayur," ujar Idar saat dikonfirmasi, Sabtu (31/5/2025)

Bagi Idar dan kelompoknya, film ini merupakan media yang tepat untuk menyampaikan pesan secara luas. Bukan hanya warga sekitar, tapi juga masyarakat Indonesia, bahkan dunia internasional.

"Harapan saya mah, bisa tayang sampai ke tingkat internasional. Intinya, masyarakat Indonesia biar tahu, bahwa dengan sampah organik sisa masak sayur pun, kita bisa menghasilkan kompos yang bermanfaat," katanya dengan penuh semangat.

Idar menambahkan, film ini juga menjadi bukti bahwa edukasi lingkungan tidak harus disampaikan secara formal. 

Dengan pendekatan visual dan narasi yang menyentuh kehidupan sehari-hari, ia berharap masyarakat bisa lebih mudah memahami dan meniru aksi nyata yang dilakukan oleh KWT Berseri.

"Kadang orang susah ngerti kalau cuma diceramahin. Tapi kalau lewat film, bisa dilihat langsung prosesnya. Dari sampah jadi kompos, lalu kompos itu bisa bikin tanaman kita subur dan sehat. Bahkan hasil panennya bisa bantu ekonomi keluarga juga," terang Idar.

Kegiatan produksi film ini dilakukan secara mandiri oleh anggota KWT Berseri bersama warga sekitar. Mereka terlibat dalam setiap prosesnya, mulai dari penulisan naskah, pengambilan gambar, hingga pengolahan kompos yang ditampilkan dalam adegan-adegan film.

Film ini direncanakan tayang di berbagai kanal digital, termasuk YouTube, serta akan diputar dalam forum-forum lingkungan dan pertanian kota. 

KWT Berseri berharap, film ini tidak hanya jadi tontonan, tapi juga jadi inspirasi nyata bagi masyarakat untuk berkontribusi dalam menjaga lingkungan dan mendukung ketahanan pangan berbasis keluarga.

"Kalau satu rumah bisa kelola sampah organiknya sendiri, bayangin berapa banyak sampah yang nggak numpuk di TPA. Belum lagi kalau masing-masing rumah bisa punya kebun kecil dari hasil kompos itu. Lingkungan jadi sehat, keluarga juga lebih mandiri," tutup Idar.

Film ini masih dalam tahap produksi, namun semangat yang diusung oleh KWT Berseri telah menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari rumah, dan suara perubahan itu bisa disebarkan lewat medium kreatif seperti film. (SAT) 

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar