SURAT KABAR,CIMAHI - Program ambisius bertajuk 100 Kalender yang tengah dirancang Pemerintah Kota Cimahi, mendapat sorotan dari DPRD Kota Cimahi.
Program ini diyakini dapat menjadi motor penggerak aktivitas seni, budaya, olahraga, dan kepemudaan secara simultan, jika ditopang oleh pemetaan ruang publik yang matang dan kolaborasi lintas sektor.
Sekretaris Komisi III DPRD Kota Cimahi, Barkah Setiawan, menilai 100 Kalender sebagai momentum penting untuk menata ulang wajah kota lewat pendekatan budaya dan pemberdayaan komunitas.
“Kemarin sudah ngobrol juga saya dengan Pak Wakil mengenai budaya ya. Di Kota Cimahi itu kan Pak Wali, Pak Wakil itu mempunyai program 100 kalender yang sudah saya pernah bicarakan,” ujar Barkah saat ditemui di Pemkot Cimahi baru-baru ini.
Menurutnya, program ini bukan sekadar deretan agenda tahunan, melainkan platform strategis yang menuntut keterlibatan aktif pelaku budaya.
Barkah menyebut tokoh budaya seperti Ce Edoh sebagai elemen penting yang perlu diberi ruang dan prioritas dalam eksekusi program.
“Insyaallah akan ada skala prioritas buat beliau lah, karena program 100 kalender itu tidak bisa berdiri sendiri atas nama Pemerintah Kota Cimahi. Sudah barang tentu harus bekerja sama dengan para aktivis budaya yang ada di Kota Cimahi,” jelasnya.
Politikus yang dikenal vokal itu juga menyoroti minimnya fasilitas seni dan hiburan di Cimahi, yang menyebabkan masyarakat lebih banyak mencari alternatif ke luar kota.
“Sebetulnya mah ada konsekuensi logis dengan kalimat Kota Cimahi. Jadi dengan kalimat Kota Cimahi otomatis di sananya ada hiburan dan sebagainya. Ya ini harus menerima pluralisme, kita juga harus menerima itu,” katanya.
Lebih lanjut, Barkah menekankan pentingnya menghadirkan ruang hiburan yang sehat dan edukatif. Ia mencontohkan kawasan Pasar Antri yang mulai bergeliat dengan kehadiran fasilitas seperti biliar.
“Saya kemarin juga survei di Pasar Antri, ada biliar segala macam. Itu salah satu yang dilakukan oleh para pengusaha wiraswasta di Cimahi. Tapi insyaallah itu juga salah satu konsekuensi kita sebagai kota,” katanya.
“Cuman bagaimana caranya bahwa biliar yang di kita itu beda. Artinya tidak beredar dengan minuman dan sebagainya, tapi betul-betul olahraga, seni dan sebagainya. Positif,” sambung Barkah.
Tak hanya bicara ruang ekspresi, Barkah juga mengingatkan agar pembangunan di kawasan budaya adat seperti Cireundeu tidak menggerus identitas lokal.
“Bagaimana caranya bahwa budaya di Cireundeu tetap terjaga. Jangan sampai justru kita membangun kebudayaan di Cireundeu malah merubah karakternya. Justru karakter Cireundeu ini merupakan karakter khas yang dimiliki bukan hanya Cimahi tapi sudah kebanggaan nasional. Itu harus tetap terjaga dan dipertahankan,” tegasnya.
Ia bahkan secara tegas menolak rencana pembangunan perumahan di sekitar kawasan tersebut.
“Saya sangat setuju waktu periode kemarin misalnya di sana jangan ada perumahan deh. Kenapa harus ada perumahan? Karena nanti saya khawatir akan merubah karakternya. Justru karakter itu harus dibesarkan, dimunculkan. Kan Cireundeu khas Cimahi, makanannya khas Cimahi, budayanya. Itu jadi magnet luar biasa untuk mendatangkan pariwisata ke Kota Cimahi,” ujarnya.
Dalam diskusinya bersama Wali Kota dan para aktivis pemuda, Barkah mengungkapkan bahwa saat ini sedang dilakukan pemetaan ruang publik yang belum termanfaatkan optimal.
Nantinya, ruang-ruang ini akan difungsikan sesuai karakteristiknya, baik untuk seni, olahraga, maupun kepemudaan.
“Barusan saya ngobrol dengan Pak Wali dan rekan-rekan senior KNPI. Pak Wali itu sedang memetakan tempat mana saja yang hari ini belum dioptimalkan. Nanti tempat-tempat seperti itu akan diisi oleh seni, oleh pemuda, oleh olahraga. Karena banyak potensi yang hari ini belum dioptimalkan,” jelasnya.
Ia juga menyebut bahwa Gedung Sangkuriang menjadi contoh fasilitas publik yang belum diberdayakan maksimal. n
Natinya, lanjut Barkah, akan ada skema pembagian wilayah kegiatan sesuai peruntukannya agar tidak tumpang tindih.
“Oh ini seni di sini wilayahnya, biar tidak berseberangan dengan karakternya. Oh olahraga di sini, oh pemuda di sini. Nanti akan ada, insyaallah, pemetaan seperti itu,” kata Barkah.
Pemetaan tersebut, lanjut Barkah, menjadi bagian integral dari kesuksesan 100 Kalender karena melibatkan banyak pihak yang memiliki peran masing-masing.
“Karena tadi, hidupnya pemerintahan Kota Cimahi juga harus ada sumbangsih besar dari masyarakat. Kayak budaya 100 kalender enggak mungkin misalnya pemuda saja, kesenian saja, terus yang lain saja. Pasti ada pembagian job. Dan insyaallah itu akan bekerja sama dengan aktivis budaya, aktivis pemuda, dan sebagainya,” ujarnya.
Barkah menyebut, infrastruktur pendukung juga tengah disiapkan secara sistematis oleh pemerintah kota agar pelaksanaan program berjalan optimal.
“Ini sedang dalam tahap pemetaan lokasi dulu. Nanti dikaitkan dengan Program 100 Kalender Kota Cimahi. HIPMI tadi malam baru beres, KNPI nanti 2 bulan lagi, budaya juga sedang pembenahan terus. Jadi di lain pihak, infrastruktur pemerintahan Kota Cimahi menyiapkan itu, jadi juga infrastruktur yang ada di bawah juga harus disiapkan,” ungkapnya.
Ia berharap, dengan sistem yang tertata, tidak terjadi gesekan antar komunitas yang bisa menghambat proses.
“Aktivis seni budaya menyiapkan infrastrukturnya, sehingga nanti tidak ada lagi adu ‘geulis’, oh saya paling dulu dan sebagainya. Enggak seperti itu. Tapi struktur ya, sistematis ke depan,” pungkas Barkah. (SAT)
0 Komentar