SURAT KABAR, CIMAHI – Isu stunting masih menjadi tantangan krusial dalam sektor kesehatan Indonesia. Pemerintah terus berpacu menurunkan angka kasus gagal tumbuh ini, yang tidak hanya berdampak pada kualitas hidup anak, tetapi juga masa depan bangsa.
Menyadari pentingnya pencegahan sejak awal, Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi mengambil langkah strategis dengan membina pasangan calon pengantin (caltin) sejak dini.
Penanganan stunting tidak bisa dilakukan secara instan. Perlu pendekatan berkelanjutan dan terintegrasi sejak masa kehamilan agar pertumbuhan anak berjalan optimal.
Dalam upaya tersebut, Pemkot Cimahi menjadikan pembinaan caltin sebagai pintu masuk penting untuk memutus rantai stunting.
Wali Kota Cimahi, Ngatiyana, menegaskan bahwa upaya menekan angka stunting harus dimulai dari hulu, yakni sejak masa kehamilan. Pengawasan ketat terhadap kondisi calon ibu menjadi kunci utama.
“Pengawasannya harus menyeluruh, dimulai sejak kehamilan. Jadi jangan sampai saat lahir, bayinya kurang sehat,” ujar Ngatiyana kepada awak media, usai memberikan pembinaan di Aula Kecamatan Cimahi Tengah, baru-baru ini.
Ia menjelaskan bahwa pembinaan dan penyuluhan kepada calon pengantin dilakukan untuk membentuk keluarga yang sehat, harmonis, dan bahagia sejak awal.
“Pembinaan ini kita lakukan agar keluarga mereka menjadi keluarga yang harmonis, sehat dan bahagia,” lanjutnya.
Ngatiyana juga menambahkan, upaya ini harus terus digencarkan agar cita-cita besar Indonesia Emas 2045 dapat tercapai dengan fondasi sumber daya manusia yang sehat dan unggul.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Cimahi, Fitriani Manan, memaparkan bahwa pembinaan caltin di Cimahi dilakukan dengan sistem One Stop Service.
Artinya, dalam satu kunjungan, pasangan calon pengantin langsung mendapatkan layanan lengkap mulai dari skrining kesehatan hingga penyuluhan spiritual dan peran keluarga.
“Jadi mereka diperiksa kesehatannya, mendapatkan pembinaan spiritual secara agama, serta pembinaan tentang fungsi keluarga,” jelas Fitri.
Menurutnya, program ini penting agar pasangan muda memiliki pemahaman yang cukup dalam membangun rumah tangga sehat dan sejahtera, dari masa pasca menikah hingga kehamilan dan proses melahirkan.
“Hal ini dilakukan agar mereka memiliki pengetahuan tentang membina rumah tangga, dimulai dari pasca nikah, masa kehamilan, hingga melahirkan, agar memiliki bayi yang sehat,” tuturnya.
Tak hanya pembinaan caltin, Pemkot Cimahi juga memberikan penyuluhan mengenai program Keluarga Berencana (KB) khusus untuk pria, termasuk prosedur vasektomi. Vasektomi dianjurkan bagi keluarga yang telah memiliki banyak anak atau telah memasuki usia lanjut.
“Vasektomi ini dilakukan pada keluarga yang memang telah punya anak banyak, atau pun faktor usia,” ujar Fitriani.
Menanggapi isu kemungkinan kegagalan pada prosedur vasektomi, ia mengakui bahwa pernah ada satu kasus, namun hal itu sangat jarang terjadi.
“Pernah ada, namun itu tidak bisa dikatakan gagal, hanya satu dari sekian ribuan. Tugas kita kan hanya berusaha, namun bila Allah berkehendak lain, bagaimana lagi,” pungkasnya.
Fitri berharap lewat pembinaan dan penyuluhan yang intensif ini, masyarakat Kota Cimahi dapat terhindar dari stunting dan melahirkan generasi yang sehat, cerdas, serta berkualitas.
“Harapan kami tentunya masyarakat Kota Cimahi terbebas dari stunting,” tutupnya. (SAT)
0 Komentar