SURAT KABAR, KBB – Warga Desa Sariwangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, mengeluhkan kondisi infrastruktur jalan yang rusak parah dan tak kunjung diperbaiki.
Meski telah masuk dalam pemetaan melalui program 100 Kalender pembangunan jalan, sejumlah ruas tetap dibiarkan berlubang dan tak terurus.
Kerusakan jalan makin parah saat musim hujan. Genangan air yang menutupi lubang kerap menimbulkan kecelakaan dan kemacetan lalu lintas, terutama di kawasan Kampung Lembur Tengah.
“Jalan ini berlubang udah lama. Dulu pernah ditutup warga pakai pasir semen dan batu, tapi lama-lama tergerus air hujan. Kayaknya sih jadi berlubang lagi, malah makin membesar,” kata Rudi, salah seorang warga, saat ditemui pada Minggu (25/5/25).
Rudi bahkan pernah mengalami kecelakaan akibat lubang jalan yang tak terlihat karena tertutup air. Ia mengaku terjatuh dari motor karena mengira genangan air itu adalah bagian dari badan jalan.
“Saya sempat jatuh waktu itu, kebetulan hujan besar. Jadi lubang jalanan itu tertutup air. Saya kira itu jalan, ternyata lubang. Saya terobos, ternyata lubang, lalu saya terjatuh,” ujarnya.
Tak hanya jalan berlubang, warga juga mengeluhkan minimnya penerangan jalan. Lampu jalan yang ada, menurut Rudi, tidak cukup terang, bahkan sebagian terkesan redup. Kondisi ini memperburuk situasi, terutama saat malam hari.
“Apalagi kalau malam-malam. Saya kalau pulang kerja dari Bandung suka muter ke situ. Saya nggak pernah lewat jalan tanjakan Endog. Tapi ya takutnya itu, jalan berlubang, lampu penerangan sedikit bahkan redup, jadi bikin khawatir,” tambahnya.
Keluhan serupa juga disampaikan Linda Amelia (21), seorang mahasiswi yang tinggal di Desa Sariwangi.
Ia mengaku harus mencari jalur alternatif setiap hari demi menghindari tanjakan yang rusak dan berbahaya, apalagi saat musim hujan.
“Saya kan nggak pernah lewat tanjakan Endog karena takut. Jadi saya muter arah aja ke Jalan Terusan yang tembus ke Kampung Lembur Tengah. Cuman ya, karena jalan berlubang terus lampu penerangannya kurang, jadi agak takut juga sih. Apalagi saya perempuan,” ungkap Linda.
Linda juga menyoroti persoalan lingkungan yang belum ditangani secara menyeluruh. Ia berharap pemerintah daerah bisa lebih peduli, bukan hanya terhadap sampah yang menumpuk, tapi juga terhadap infrastruktur yang vital bagi mobilitas warga.
“Harapannya sih pemerintah daerah setempat bisa memperhatikan lingkungan warga di sini. Khususnya kan ini perbatasan, jadi seolah kami tidak mau dianaktirikan,” tutupnya. (SAT)
0 Komentar