SURAT KABAR, CIMAHI - Deru sepatu di atas lantai GOR Sangkuriang, sorak penonton yang memecah senyap, dan semangat anak-anak muda yang berlarian mengejar bola menjadi pemandangan yang lama hilang dari Kota Cimahi. Setelah nyaris tujuh tahun tanpa kompetisi besar, denyut bola basket lokal kembali hidup melalui Cimahi Wali Kota Cup 2025.
Turnamen yang digelar selama lima hari, sejak 19 hingga 23 Desember 2025, ini bukan sekadar agenda olahraga. Ia menjadi simbol kebangkitan, sekaligus penanda bahwa pembinaan basket Cimahi mulai menemukan kembali jalurnya setelah lama terhenti.
Ajang yang diinisiasi Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) Kota Cimahi tersebut melibatkan sejumlah tim basket lokal Cimahi dari berbagai kelompok umur. Rinciannya, Kelompok Umur (KU) 10 Mix diikuti empat tim gabungan putra-putri, serta KU 14 yang diikuti lima tim putra.
Seluruh peserta merupakan klub dan komunitas lokal Cimahi sebuah penegasan bahwa fokus utama turnamen ini adalah membangun kekuatan dari akar rumput.
Pantauan di lapangan menunjukkan atmosfer kompetisi yang jauh dari kesan turnamen usia dini biasa. Partai final nomor 5x5 berlangsung sengit dan emosional. Teriakan pendukung menggema dari tribun, sementara para pemain muda tampil tanpa ragu, seolah menumpahkan kerinduan akan panggung kompetisi resmi yang lama absen di kota mereka.
Ketua Perbasi Kota Cimahi, Tresna Nur Ramdhani menyebut Wali Kota Cup 2025 sebagai momentum penting kebangkitan basket Cimahi, mengingat terakhir kali turnamen serupa digelar pada 2018.
"Di Kota Cimahi kita kembali menyelenggarakan Piala Wali Kota Cup tahun 2025, yang sebelumnya terakhir dilaksanakan tahun 2018. Rentang waktunya sangat lama. Alhamdulillah, bulan Desember ini bisa terlaksana dan berjalan lancar," ujar Tresna.
Ia mengakui antusiasme peserta dan masyarakat cukup tinggi, meski belum semua kelompok umur dapat difasilitasi. Pada edisi kali ini, KU 12 belum dipertandingkan karena keterbatasan jumlah atlet.
"Yang dipertandingkan itu KU 10 Mix dan KU 14. Untuk KU 10 Mix itu gabungan putra-putri boleh main bersama. Sedangkan KU 14 hanya putra, karena putrinya memang jumlah atletnya terbatas dan banyak yang mengikuti event di luar Kota Cimahi," jelasnya.
Lebih dari sekadar kompetisi, Wali Kota Cup dirancang sebagai bagian dari peta jalan pembinaan jangka panjang. Tresna menegaskan, turnamen ini akan masuk kalender rutin Perbasi Cimahi.
"Ini menjadi kalender tahunan kami. Insyaallah ke depan akan kami selenggarakan dua kali dalam setahun untuk KU 10 Mix, 12, dan 14. Sementara KU 16 dan KU 18 akan digelar setiap tahun," katanya.
Fokus pembinaan atlet lokal menjadi benang merah kebijakan tersebut. Menurut Tresna, Cimahi memiliki potensi besar yang selama ini tenggelam akibat kevakuman organisasi dan minimnya event.
"Kami fokus dulu di Cimahi, menjaring bibit-bibit yang ada di Kota Cimahi. Harapannya mereka bisa membawa nama Cimahi di Kejurda, Popwil, Popda, bahkan kalau rezekinya ada, bisa tembus seleksi atlet PON Jawa Barat," ungkapnya.
Ia menilai kualitas atlet Cimahi sejatinya tak kalah dengan daerah lain di Bandung Raya. Namun, absennya kompetisi membuat talenta lokal kerap ‘merantau’ ke daerah lain.
"Sebenarnya kualitas atlet Cimahi ini tidak kalah dengan Bandung Raya atau Priangan. Cuma karena Perbasi sebelumnya vakum, atlet-atlet Cimahi jadi tidak terlihat dan banyak bertanding ke Kota Bandung. Makanya event ini kami buat untuk melihat dan meningkatkan potensi yang ada," tuturnya.
Bahkan, Tresna mengungkapkan bahwa dalam partai final terlihat pemain yang sebelumnya sudah pernah masuk radar tim Jawa Barat.
"Artinya ada potensi nyata atlet Cimahi untuk berbicara di level Jawa Barat," tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris Umum Perbasi Kota Cimahi sekaligus Ketua Pelaksana Wali Kota Cup 2025, Steven, menyebut turnamen ini lahir dari kegelisahan kolektif melihat kevakuman basket di Cimahi yang terlalu lama.
"Sebenernya ini karena kita sudah nggak sabar melihat kevakuman Perbasi yang cukup lama. Jadi kita berinisiatif bersama teman-teman untuk segera membuat event ini, meskipun sifatnya lebih instan,” ujarnya.
Dengan waktu persiapan yang relatif singkat sekitar satu bulan, turnamen lima hari ini mampu berjalan tanpa kendala berarti.
“Tantangannya alhamdulillah tidak terlalu berat. Klub-klub sangat support, semua dipermudah, jadi tidak ada kendala berarti,” kata Steven.
Ia berharap, kebangkitan ini tidak berhenti pada satu event. Dukungan berkelanjutan dari pemerintah daerah, sponsor, hingga orang tua atlet dinilai krusial agar pembinaan berjalan konsisten.
Lebih dari sekadar perebutan piala, Cimahi Wali Kota Cup 2025 menjelma menjadi ruang harapan. Ia menandai kembalinya ekosistem basket Cimahi dari lapangan, tribun penonton, hingga mimpi anak-anak muda yang suatu hari ingin membawa nama kota kecil ini ke panggung yang lebih besar.
"Harapan kami, orang tua, pemerintah kota, dan semua pihak bisa terus support perkembangan bola basket di Kota Cimahi. Supaya anak-anak tetap semangat latihan dan ke depan lahir lebih banyak bibit baru,” pungkas Steven. (SAT)




Posting Komentar
Posting Komentar