CIMAHI, SURAT KABAR (FEATURE) – Semangat toleransi anak muda Cimahi mengalun kuat setelah pentas seni lintas agama digelar di Gereja HKBP pada Kamis, 27 November 2025 lalu. Acara itu bukan hanya menjadi ruang berkumpul, tetapi juga menjadi titik temu yang memperlihatkan bagaimana keberagaman bisa dirayakan dengan hangat, tanpa sekat.
Nasywa Nayla Fitriani (19), warga Padasuka yang beragama Islam, menjadi salah satu yang paling merasakan energi positif dari gelaran tersebut.
"Menurut aku, acara itu fresh banget dan relevan sama kebutuhan anak muda hari ini. Kita hidup di era yang serba cepat dan penuh perbedaan," ujar Nasywa saat diwawancarai Surat Kabar, Sabtu (29/11/25).
Bagi Nasywa, Cimahi tumbuh dari keberagaman dan kegiatan seperti ini adalah pengingat bahwa kebersamaan bisa hadir melalui seni dan kreativitas.
"Event lintas agama bisa jadi reminder bahwa kita bisa bersatu lewat budaya dan kreativitas," tambahnya.
Ia juga melihat hubungan antar umat beragama di Cimahi selama ini rukun dan cair, namun berharap keharmonisan tersebut terus dijaga agar tidak berhenti sebatas slogan.
"Semoga ke depan makin banyak ruang kolaborasi lintas iman, makin banyak program yang melibatkan anak muda, dan makin kuat rasa saling percaya. Supaya Cimahi bukan cuma rukun, tapi benar-benar jadi kota yang hangat dan inklusif," bebernya.
Senada dengan Nasywa, Juliana Mardani (19), pemeluk Kristen Protestan dari Karangmekar, juga merasakan hal yang sama. Baru pertama kali mendengar adanya pentas seni lintas agama, Juli menyebut acara itu unik sejak dari namanya.
"Ketika disaksikan, dapat disimpulkan rumah ibadah bukan berdiri hanya untuk umatnya, tetapi semua apapun agama dan latar belakangnya," tuturnya.
Tinggal tak jauh dari Gereja HKBP, Juli merasakan bahwa acara lintas agama seperti ini punya peran penting dalam mempererat tali silaturahmi.
"Ditambah lagi acara ini bukan sekadar tentang agama saja. Tetapi membawa seni, sosial dan kebersamaan," ucapnya.
Juli berpesan bahwa perbedaan semestinya menjadi alasan untuk bersatu. Menurutnya, kalau ada banyak cara untuk menjauhkan satu sama lain, pasti ada lebih banyak cara untuk mendekatkan.
"Contohnya dengan diadakan pentas seni lintas agama ini. Pada acara ini, tanpa memandang apapun semua orang berbaur, tertawa yang secara tidak langsung menunjukkan toleransi dalam hal kecil sehari-hari," tuturnya.
Ia pun menyadari bahwa konflik keagamaan dapat muncul kapan saja, sehingga kegiatan seperti ini harus dijaga konsistensinya.
"Ditambah dengan targetnya adalah anak-anak muda, dimulai dari yang sekitar atau bahkan jemaat HKBP Jalan Lurah itu sendiri," imbuhnya.
Sementara itu, Elyona Judith Carmenita (17), yang juga beragama Protestan, melihat keragaman Cimahi sebagai sesuatu yang sudah terjalin harmonis. Dari pengalamannya di sekolah, teman-teman dengan latar berbeda bisa berteman tanpa ada jarak.
"Anak muda bisa mulai dari hal hal kecil contohnya saling menghormati perbedaan di lingkungan sehari hari, memberi perhatian ke temen temen yang berbeda agama saat mereka merayakan hari besar, juga ikut kegiatan kolaboratif lintas komunitas seperti yg kemarin diadakan," kata siswi SMAN 2 Cimahi itu.
Ia berharap Cimahi terus menjadi kota yang solid dan damai dengan keberagaman yang ada.
"Aku berharap bisa terus mengembangkan kegiatan yang bisa menyatukan antaragama supaya toleransi dan kerukunan makin kuat," harap Elyona.
Dari panggung acara, ada satu remaja yang tak hanya datang sebagai penonton, tetapi juga menjadi bagian dari penampil.
Ni Putu Willy Dibyacitta Putri Murti (16), warga Cipageran, membawakan tarian tor-tor di hadapan Wali Kota Cimahi Ngatiyana dan para tamu undangan. Momen itu menurutnya tak akan pernah hilang dari ingatan.
Ia menuturkan, suasana saling mendukung di acara itu begitu hangat. Tidak ada yang menjatuhkan, semua memberi semangat.
"Contohnya, seperti Wali Kota dan para tamu yang ikut berpartisipasi menari tor-tor," ujar Willy.
Willy menilai pentas seni lintas agama menjadi sarana penting untuk menjaga kerukunan, sekaligus belajar menghargai seni budaya dari berbagai daerah.
“Setidaknya ada 21 etnis yang tinggal di Cimahi. Jadi kegiatan kemarin itu sangat diperlukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan walaupun berbeda-beda,” ujar remaja 16 tahun itu.
"Aku juga berpesan agar tetap menjaga silaturahmi supaya kerukunan umat beragama tetap terjalin dan saling menghargai tentunya," ucapnya.
Sebelumnya, Wali Kota Cimahi Ngatiyana mengatakan kegiatan tersebut menjadi bukti nyata bagaimana Cimahi mampu menjunjung tinggi kerukunan tanpa memandang perbedaan keyakinan.
"Melalui pentas seni lintas agama, kita menyaksikan bagaimana keberagaman dapat bersatu dalam harmoni. Setiap agama membawa nilai luhur tentang cinta kasih, kedamaian, dan persaudaraan dan seni menjadi media yang mampu menerjemahkan nilai-nilai tersebut secara indah dan universal," ujarnya.
Pemerintah Kota Cimahi, lanjut Ngatiyana, akan terus mendukung kegiatan yang memperkuat interaksi dan toleransi antar umat beragama.
"Kita hidup di era yang penuh tantangan, dimana perbedaan sering kali dijadikan pemicu perpecahan. Namun Cimahi harus menjadi contoh bahwa perbedaan bukan penghambat, tetapi kekayaan yang harus dirawat," ucapnya.
Ngatiyana berharap dan berupaya agar kegiatan seperti ini dapat terus digelar setiap tahun dengan tujuan menjadi ruang untuk memperkuat persaudaraan sekaligus menggairahkan kreativitas masyarakat.
"Mari kita jadikan kegiatan hari ini sebagai pengingat bahwa keberagaman adalah kekuatan kita, toleransi adalah budaya kita, dan persatuan adalah identitas kita," tandasnya. (SAT)




Posting Komentar
Posting Komentar