Adhitia Yudisthira: PSKC Bukan Sekadar Klub, Tapi Bagian Sejarah Kota

Adhitia Yudisthira: PSKC Bukan Sekadar Klub, Tapi Bagian Sejarah Kota

SURAT KABAR, CIMAHI– Perubahan identitas klub sepak bola PSKC Cimahi menjadi Garuda Yaksa FC menuai respons keras dari Wakil Wali Kota Cimahi, Adhitia Yudisthira. 

Ia menyayangkan keputusan sepihak manajemen klub yang dinilai mengabaikan aspek historis dan emosional warga Cimahi terhadap klub tersebut.

"Sebenarnya ini harus dijelaskan juga ke masyarakat. PSKC itu diakuisisi, dijual, atau apapun namanya, bukan kewenangan Pemkot Cimahi. Sama seperti kasus Persikas Subang," ujar Adhitia saat ditemui pada Sabtu, 14 Juni 2025.

Ia menegaskan, sejak awal menjabat, dirinya aktif menjalin komunikasi dengan manajemen PSKC. 

Bahkan, sejumlah fasilitas telah disiapkan untuk mendukung keberlangsungan klub, termasuk penggunaan Stadion Sangkuriang sebagai markas latihan dan upaya penyediaan tempat tinggal bagi pemain.

“Saya sempat undang manajemen PSKC. Kami dari Pemkot siap support, ya semampu kami. Mereka minta homebase latihan, kami beri izin pakai Stadion Sangkuriang. Mereka minta bantuan tempat tinggal untuk pemain, kami juga upayakan. Bahkan saya pernah tawarkan BOT Sangkuriang sebagai homebase permanen,” bebernya.

Namun, langkah manajemen klub yang mengubah nama dan markas tanpa pemberitahuan resmi membuat Adhitia kecewa. Ia mengaku baru mengetahui perubahan tersebut dari pemberitaan media.

“Tiba-tiba saja rame di media. Nama berubah, markas berubah, dan kami tahunya dari pemberitaan. Sampai hari ini, belum ada kabar resmi ke saya,” tegasnya.

Adhitia menjelaskan bahwa meski Pemkot secara regulasi tidak bisa lagi mengalokasikan APBD untuk mendanai klub profesional, bukan berarti hubungan komunikasi harus terputus.

“Secara regulasi kita tidak bisa intervensi. Tapi masa iya, untuk komunikasi pun harus putus? Harusnya kan ada etika. Kami pemerintah, mewakili warga Cimahi yang selama ini setia mendukung PSKC,” katanya.

Ia pun tak menutupi rasa kehilangan yang mendalam. Baginya, hilangnya nama PSKC bukan sekadar kehilangan label, tetapi juga lenyapnya sejarah dan identitas lokal yang sudah tertanam kuat di masyarakat.

“Kalau ditanya sedih apa enggak? Ya sedih. Nilai-nilai dan aspek historisnya hilang. Akhirnya, secara penamaan ya hilang juga. Padahal dulu semangat kami jelas, jangan hilangkan nuansa Kecimahiannya,” ungkapnya.

Ke depan, Adhitia berharap manajemen Garuda Yaksa FC bersedia membuka ruang dialog dengan Pemkot Cimahi. Ia menegaskan bahwa sepak bola lebih dari sekadar olahraga ia adalah simbol identitas dan kebanggaan daerah.

“Harapan saya dari pihak manajemen, ayo kita tetap komunikasi. Kalau ada rencana atau perubahan, minimal kasih tahu dulu. Jangan tiba-tiba. Karena bagaimanapun, PSKC dulunya lahir dari Cimahi dan tumbuh bersama warganya,” pungkasnya. (SAT) 

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar