SURAT KABAR - Minggu pagi di Bandung tidak dimulai dengan alarm atau lonceng gereja. Kota ini terbangun oleh deru klakson dan pekik kemenangan Bobotoh. Dari barat ke timur, dari selatan ke utara, Bandung larut dalam euforia. Tak ada lagi kuning pada lampu lalu lintas. Trotoar berubah jadi panggung, jalan protokol menjelma iring-iringan spontan penuh warna.
Tak sedang ada unjuk rasa, apalagi kerusuhan. Ini selebrasi juara Back to Back Persib Bandung di Liga 1 musim 2023/2024 dan 2024/2025. Setengah hari lamanya, hukum seperti tertunda. Namun tak satu pun wajah yang mengernyit. Semua tersenyum.
Bandung seolah kehilangan tata, tapi tidak kehilangan cinta. Klub sepak bola itu menjadi titik temu warga kota. Yang tak saling kenal jadi saling peluk. Yang penat jadi bugar. Yang merasa sendiri akhirnya merasa pulang.
Tengah hari lewat 29 menit, kemacetan mengunci Simpang Dago. Jalan Diponegoro menjadi orkes tak beraturan bukan dawai gesek, melainkan lengking knalpot dan klakson membentuk simfoni jalanan. Lagu-lagu kebanggaan bergema: Champion Again, Halo-Halo Bandung, bersahut-sahutan bagai paduan suara akbar.
“Hajat sakota, kabeh eureun,” ujar Asep, warga Cicadas yang ikut konvoi, Minggu 25 Mei2025.
Di hari itu, batas antara warga dan Bobotoh lenyap. Tukang parkir jadi konduktor lalu lintas, pedagang bakso jadi vokalis jalanan. Anak-anak bersandar di pundak ayahnya, menyerap semangat Persib sebagai warisan keluarga.
"Bandung Lautan Api" sementara berganti nama menjadi "Bandung Lautan Manusia". Api tak datang dari bom molotov, tapi dari flare dan semangat membara. Asap bukan tanda kerusuhan, tapi tanda pesta. Kota ini menyala, dengan cara paling damai.
Saat senja merayap, Bandung diharapkan kembali tenang. Tapi gema kemenangan tak akan cepat padam—tidak esok hari, tidak sampai musim berakhir. Sebab di kota ini, Persib bukan sekadar klub. Ia adalah identitas
“Kegiatan di Tegalega harus rampung sebelum Maghrib. Itu kesepakatan kami—Pemkot, kepolisian, dan Viking VPC,” ujar Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan.
Mungkin catatan hari itu hanya akan jadi paragraf kecil di laporan kepolisian. Tapi bagi jutaan Bobotoh, itu adalah lembar penting sejarah: saat Bandung berdenyut dalam satu warna, satu suara, satu rasa.
Hari itu, Persib tak hanya menjadi juara. Ia menjadi alasan kota ini hidup seutuhnya—dengan hati, bukan sekadar aturan.
0 Komentar