KBB, SURAT KABAR - Warga Desa Sariwangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB), kembali mengeluhkan persoalan lingkungan yang tak kunjung tuntas, mulai dari banjir yang selalu datang saat hujan lebat hingga minimnya penerangan jalan umum (PJU).
Kondisi tersebut memuncak setelah longsor Tembok Penahan Tanah (TPT) menutup akses Jalan Sariwangi Selatan Terusan Gegerkalong.
Material longsor berupa tanah dan bebatuan menutup seluruh badan jalan pada Minggu (30/11/2025), sehingga akses kendaraan tidak bisa dilintasi.
Hujan lebat yang mengguyur sejak sore diduga menjadi pemicu utama peristiwa tersebut. TPT yang berada di lokasi disebut belum cukup kering sehingga tak mampu menahan tekanan material tanah yang terus diguyur air hujan.
Hanif (20), warga sekitar, mengatakan kawasan tersebut memang kerap dilanda banjir setiap kali hujan deras turun. Genangan air bahkan disebut bisa mencapai hampir setinggi ban motor. Menurutnya, kondisi itu diperparah oleh minimnya saluran air di wilayah tersebut.
"Setiap hujan gede sering banjir disini. Posisi kawasan ini kan landai, terus selokan yang kecil juga jadi air hujan enggak mengalir langsung dan tumpah ke jalan," kata Hanif saat diwawancarai di bengkelnya, tak jauh dari lokasi kejadian longsor, Jum'at (5/12/25).
Ia melanjutkan, setiap hujan lebat turun, air dari arah atas mengalir deras menuju kawasan tersebut. Minimnya area resapan membuat air meluap ke badan jalan hingga ke lereng sekitar.
"Kalau hujan air dari atas tumpah kesini, tidak terbendung, terus adanya tembok disekitaran jalan yang seharunya air mengalir lah ke gawir (lereng) ini malah jadi tertahan," terang Hanif.
Genangan air yang hampir setiap kali terjadi juga kerap mengancam bengkelnya. Bahkan, pada satu kejadian, tinggi air sempat mencapai setara ban sepeda motor.
"Ya hampir masuk ke bengkel saya, pernah juga waktu hujan gede itu air tinggi nya setinggi ban motor beat lah," keluhnya.
Selain persoalan banjir, Hanif juga menyoroti minimnya penerangan jalan di kawasan tersebut. Ia menyebut kondisi jalan menjadi sangat gelap saat memasuki waktu petang.
"Lampu jalan juga kurang, jadi kalau lewat magrib ya sudah gelap gulita lah istilahnya. Kecuali lampu rumah atau kendaraan yang lewat aja," keluhnya.
Keluhan serupa juga disampaikan Septian (30), warga lainnya. Ia menilai banjir dan genangan air yang terus berulang menjadi faktor utama melemahnya struktur TPT hingga akhirnya longsor.
"Puncaknya waktu longsor kemarin aja, ya saya duga itu karena minimnya resapan air jadi tembok penahan itu gak kuat lagi nahan air," kata Septian.
Ia mengaku khawatir kejadian serupa kembali terulang, terlebih kondisi cuaca ekstrem belakangan ini semakin sering terjadi.
"Khawatir pasti, apalagi sekarang hujan lebat sering terjadi akhir-akhir ini. Bisa di lihat lah di tanjakan Endog, kalau hujan itu seperti air terjun," keluhnya.
Septian berharap pemerintah daerah dapat memberikan perhatian lebih serius terhadap persoalan tersebut, agar banjir dan longsor tidak terus menjadi ancaman bagi warga.
"Harapannya ada atensi dari pemerintah. Ini tidak sekali dua kali kejadian, apalagi soal banjir ya, disini selokan itu minim, terus posisi lokasi ini juga kan landai jadi air dari mana-mana datang," harap Septian. (SAT)




Posting Komentar
Posting Komentar