SURAT KABAR, CIMAHI - Pemerintah Kota Cimahi terus memperkuat sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai penopang utama perekonomian daerah. Hal ini dinilai mendesak mengingat Cimahi tidak memiliki sumber daya alam yang dapat diandalkan, sehingga kekuatan utama kota ini bertumpu pada kualitas dan kreativitas sumber daya manusianya.
Wali Kota Cimahi, Ngatiyana, menegaskan komitmen tersebut saat menghadiri kegiatan 'Teman UMKM Naik Kelas" yang digelar di kawasan Techno Park Cimahi, bersama Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, UMKM, dan Perindustrian (Disdagkoperin) Kota Cimahi.
Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi visi dan misi Pemerintah Kota Cimahi bersama Wakil Wali Kota dalam mendorong UMKM agar mampu berkembang dan berdaya saing.
“Hari ini saya bersama Kepala Dinas Disdagkoperin berada di Techno Park untuk melaksanakan kegiatan Teman UMKM Naik Kelas. Ini selaras dengan visi dan misi kami, bahwa UMKM di Kota Cimahi harus terus kita dorong untuk naik kelas,” ujar Ngatiyana di hadapan awak media.
Ngatiyana menyampaikan, saat ini jumlah UMKM binaan Disdagkoperin Kota Cimahi mencapai sekitar 5.000 hingga 6.000 pelaku usaha yang tersebar di seluruh wilayah kota. Jumlah tersebut mencerminkan potensi besar yang dimiliki Cimahi dalam menggerakkan roda perekonomian berbasis masyarakat.
“UMKM ini adalah salah satu bentuk dukungan nyata pemerintah dalam memperkuat ekonomi masyarakat. Cimahi memang tidak memiliki sumber daya alam, tetapi kita punya sumber daya manusia yang luar biasa. Itu terbukti dari berkembangnya UMKM di berbagai sektor,” katanya.
Menurutnya, UMKM di Cimahi tumbuh dari beragam bidang usaha, mulai dari kuliner, tata busana, hingga kerajinan tangan dan sektor kreatif lainnya. Perkembangan ini tidak hanya berdampak pada peningkatan pendapatan pelaku usaha, tetapi juga berkontribusi dalam menyerap tenaga kerja dan menekan angka pengangguran.
“UMKM yang naik kelas ini mampu meningkatkan ekonomi masyarakat dan menyerap tenaga kerja yang sebelumnya menganggur. Ini menjadi salah satu solusi nyata bagi persoalan ekonomi di Kota Cimahi,” ungkap Ngatiyana.
Ia menekankan bahwa keberhasilan pengembangan UMKM tidak terlepas dari kolaborasi lintas sektor. Pemerintah Kota Cimahi, kata dia, menggandeng berbagai pihak, termasuk dunia pendidikan dan sektor swasta, untuk mendorong inovasi dan kreativitas pelaku UMKM.
“Ini semua berkat kerja sama dan dukungan dari banyak pihak. Mulai dari XSMART, SMK Negeri 3 Cimahi, hingga anak-anak muda yang ternyata sangat kreatif. Potensi seperti inilah yang harus terus kita gali, karena inilah kekuatan Cimahi,” jelasnya.
Ngatiyana juga menyinggung ketangguhan UMKM Cimahi dalam menghadapi berbagai krisis ekonomi nasional, mulai dari krisis moneter 1998 hingga pandemi Covid-19 pada 2019. Menurutnya, di tengah tekanan ekonomi tersebut, UMKM di Cimahi justru mampu bertahan dan terus berkembang.
“UMKM Kota Cimahi tetap tumbuh dan maju, bahkan di masa-masa sulit. Ini menunjukkan daya tahan dan semangat kemandirian masyarakat kita,” katanya.
Terkait produk unggulan, Ngatiyana menyebut bahwa selain sektor kuliner, UMKM Cimahi juga memiliki produk kerajinan yang memiliki nilai jual tinggi, bahkan telah menembus pasar ekspor. Produk tersebut antara lain kain batik khas Cimahi, berbagai jenis ukiran, hingga produk kerajinan berbasis kreativitas lokal.
“Selain kuliner, ada juga kerajinan seperti kain batik, ukiran, dan produk lainnya yang bahkan sudah diekspor. Untuk produk makanan ringan, kami juga memperkuat dari sisi pengemasan agar lebih kompetitif,” ujarnya.
Pemerintah Kota Cimahi, lanjut Ngatiyana, memberikan kemudahan perizinan bagi pelaku UMKM serta pendampingan dalam proses produksi, pengemasan, hingga akses pasar, termasuk untuk kebutuhan ekspor.
“Perizinan kami permudah, kemudian kami bantu bagaimana caranya ekspor, termasuk penguatan kemasan produk. Ini bagian dari upaya kami agar UMKM Cimahi bisa mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri,” tegasnya.
Menjawab pertanyaan mengenai ikon atau cendera mata khas Cimahi, Ngatiyana mengakui bahwa hingga saat ini Cimahi belum memiliki satu produk tunggal yang benar-benar menjadi ikon resmi kota. Namun demikian, ia menyebut batik Cimahi sebagai salah satu identitas budaya yang terus dikembangkan.
“Terus terang, untuk ikon yang benar-benar khas Cimahi memang belum ada satu yang ditetapkan. Tetapi batik Cimahi sudah kita miliki, dengan berbagai motif khas,” katanya.
Motif batik Cimahi tersebut, menurut Ngatiyana, memiliki ciri khas lokal yang kuat, seperti motif Cirendeu, gambar singkong, ujang, hingga teng baja, yang merepresentasikan karakter dan sejarah Kota Cimahi.
“Itu adalah ciri khas batik Cimahi. Inilah yang terus kita dorong sebagai identitas daerah,” ucapnya.
Selain batik, Ngatiyana juga menyoroti perkembangan produk ecoprint yang kini mulai diproduksi oleh pelaku UMKM Cimahi. Produksi ecoprint ini melibatkan generasi muda dari berbagai institusi pendidikan, termasuk mahasiswa dan siswa sekolah kejuruan.
“Ecoprint saat ini sudah mulai diproduksi. Tadi kita lihat langsung prosesnya, dan ini melibatkan anak-anak UPI serta siswa SMK. Anak-anak muda inilah yang nantinya menjadi generasi penerus untuk menciptakan UMKM Cimahi yang lebih maju,” pungkasnya.
Melalui penguatan UMKM secara berkelanjutan, Pemerintah Kota Cimahi berharap ekonomi daerah dapat tumbuh secara inklusif dan mandiri, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat di tengah tantangan ekonomi yang terus berkembang. (SAT)




Posting Komentar
Posting Komentar