Oasis Live '25 Tour: Reuni Besar yang Bukan Cuma Soal Liam dan Noel

Oasis Live '25 Tour: Reuni Besar yang Bukan Cuma Soal Liam dan Noel

SURAT KABAR - Dua bersaudara paling fenomenal dalam sejarah musik Britpop, Noel dan Liam Gallagher, resmi menghidupkan kembali Oasis lewat tur dunia bertajuk Oasis Live '25 Tour

Setelah 16 tahun pisah jalan dengan drama yang tak pernah benar-benar padam reuni ini jadi salah satu momen paling ditunggu di dunia musik tahun ini.

Jadwal konser sudah dirilis, spekulasi setlist pun sudah beredar luas. Tapi ada satu sisi lain yang juga bikin penasaran: siapa saja musisi yang akan berdiri di atas panggung bersama duo Gallagher

Ternyata, tur ini bukan hanya soal Liam dan Noel. Ada deretan nama lama dan baru yang ikut ambil bagian, menjadikan Oasis Live '25 Tour sebagai ajang selebrasi lintas generasi.

Siapa Saja yang Tampil?

Formasi band utama Oasis kali ini diisi oleh wajah-wajah yang tidak asing buat para penggemar lama. Selain Liam dan Noel, ada Andy Bell yang akan kembali bermain bass, Gem Archer di gitar, dan Paul "Bonehead" Arthurs yang juga mengisi posisi gitar. 

Bonehead, yang merupakan salah satu pendiri Oasis, sempat vakum cukup lama. Kini ia kembali, membawa nuansa klasik ke atas panggung reuni.

Untuk posisi drum, Oasis menggaet Joey Waronker. Nama ini mungkin terdengar sedikit asing di telinga fans Oasis, tapi Waronker adalah drummer yang sudah malang melintang bersama musisi besar seperti Beck dan R.E.M. Pilihan ini terasa seperti sinyal bahwa Oasis ingin meramu nostalgia dengan sentuhan baru yang segar.

Bintang Tamu Internasional

Bukan cuma formasi intinya yang menarik perhatian, tapi juga para bintang tamu yang akan ikut meramaikan tur di berbagai benua. 

Di Inggris dan Irlandia, Richard Ashcroft vokalis legendaris dari The Verve akan menjadi salah satu pembuka utama. Sebuah reuni dalam reuni, bisa dibilang. Selain itu, band indie rock Cast juga akan tampil di kawasan yang sama.

Untuk tur Amerika Utara dan Meksiko, Oasis akan ditemani oleh Cage the Elephant. Band ini dikenal dengan energi panggung yang eksplosif dan gaya musik yang modern, memberi warna berbeda di tur ini. 

Sementara di Australia, giliran Ball Park Music yang mengambil alih panggung pembuka. Dengan gaya indie pop mereka yang khas, konser Oasis di benua tersebut dipastikan punya nuansa tersendiri.

Lebih dari Sekadar Nostalgia

Yang menarik dari Oasis Live '25 Tour bukan cuma lagu-lagu lamanya, tapi juga atmosfer yang tercipta. Lagu seperti Wonderwall kembali jadi anthem universal, dinyanyikan ribuan penonton dalam satu koor besar yang nyaris mistis.

Dan saat Don’t Look Back in Anger dimainkan, ada semacam keheningan emosional yang menyelimuti stadion. Bahkan yang paling sinis terhadap reuni ini pun tak mampu menyembunyikan air mata. 

Lagu itu, yang dulu terdengar seperti nasihat, kini berubah jadi semacam pelipur lara kolektif bagi penggemar yang tumbuh bersama Oasis dalam masa muda, dalam patah hati, dan dalam harapan yang sempat mati suri.

Konser ini terasa seperti lebih dari sekadar reuni. Ia seperti ruang penyembuhan bagi Oasis dan para pendengarnya. 

Lagu-lagu lama masih terasa relevan, dan walau hubungan Liam dan Noel masih dingin-dingin profesional, mereka setidaknya ada di panggung yang sama, memainkan lagu-lagu yang pernah menyatukan jutaan orang.

Apa Selanjutnya?

Belum ada konfirmasi soal album baru atau kelanjutan kerja sama jangka panjang. Tapi satu hal jelas: Oasis Live '25 Tour bukan cuma panggung reuni, tapi juga panggung pengakuan. 

Bahwa, meski waktu dan konflik telah memisahkan, musik punya cara sendiri untuk menyatukan kembali apa yang dulu pernah besar dan masih punya tempat istimewa di hati banyak orang.

Reuni ini mungkin tidak menyelesaikan semua luka. Tapi untuk sementara, Oasis hidup kembali. Dan itu lebih dari cukup.

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar