SURAT KABAR, CIMAHI - Merebaknya gerai kopi di KotaCimahi dalam beberapa tahun terakhir tak sekadar memanjakan lidah penikmat kopi. Di balik tren itu, terbuka peluang kerja baru yang terus tumbuh, terutama bagi kalangan muda yang ingin meniti karier di sektor jasa kuliner.
Melihat peluang tersebut, Pemerintahan Kota Cimahi bergerak cepat. Melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), mereka menggandeng LPK Budi Training Academy untuk menggelar pelatihan barista yang mengacu pada standar industri dan bersertifikat Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Program
ini tak hanya mencakup pelatihan teknis secara daring dan tatap muka, tetapi
juga persiapan dan pelaksanaan uji kompetensi.
“Pelatihan dilakukan untuk mempersiapkan pencari kerja
memasuki dunia kerja baru. Tidak hanya ingin mencetak tenaga kerja, tapi
pekerja yang terampil, adaptif, dan tangguh,” kata Wakil Wali Kota Cimahi,
Adhitia Yudisthira, saat ditemui pada Senin, 28 Juli 2025.
Ia menegaskan, pelatihan ini bukan sekadar agenda
seremonial. Di tengah selektivitas pasar kerja, apalagi di sektor jasa,
kemampuan teknis saja tak cukup. Pekerja juga dituntut memiliki daya adaptasi
tinggi terhadap tren industri yang terus bergerak.
“Anggaplah pengalaman ini bukan sekadar pencapaian, tetapi
juga sebuah tanggung jawab. Kepercayaan yang diberikan kepada lulusan pelatihan
bukan hanya sebuah peluang kerja, melainkan panggilan untuk menunjukkan bahwa
potensi SDM lokal kita mampu menembus batas-batas konvensional, dan beradaptasi
dengan tuntutan industri masa kini,” ujarnya.
Adhitia menyoroti lonjakan signifikan sektor kafe danrestoran di Cimahi. Profesi barista kini menjadi magnet baru, terutama bagi
Generasi Z yang dikenal kreatif dan ekspresif.
“Mereka melihat profesi barista bukan hanya sebagai
pekerjaan, tetapi juga sebagai wadah untuk mengekspresikan diri dan
keterampilan seni mereka,” katanya.
Data dari platform pencari kerja seperti Jobstreet mencatat
ratusan lowongan barista dan bartender dibuka tiap bulan, menandakan kebutuhan
tenaga kerja terampil di sektor ini terus meningkat.
Namun tantangan yang dihadapi tak ringan. Menurut Adhitia,
lulusan pelatihan harus lebih dari sekadar tahu cara meracik kopi. Mereka
dituntut menguasai manajemen outlet, keterampilan pengembangan produk seperti
latte art dan manual brew, hingga pelayanan pelanggan yang sesuai standar
industri.
Lebih dari itu, kata Adhitia, profesi barista punya daya
tawar karier yang makin luas. Tak hanya bekerja di kedai kopi, tetapi juga
menjadi trainer, membuka usaha sendiri, bahkan menembus pasar ekspor kopi.
“Dengan kombinasi data pasar yang kuat dan tren industri yang sedang naik daun, para lulusan pelatihan barista kini memiliki pijakan nyata untuk menjadi pionir dalam membentuk masa depan industri kopi Indonesia,” pungkasnya. (SAT)
0 Komentar