Pameran Cat Air IWS Angkat Isu Politik Identitas dan Keberagaman Budaya di Indonesia

Pameran Cat Air IWS Angkat Isu Politik Identitas dan Keberagaman Budaya di Indonesia

SURAT KABAR, BANDUNG – Fenomena politik identitas dan populisme yang kian mengemuka di Indonesia menjadi salah satu sorotan dalam pameran seni lukis cat air bertajuk Aku Indonesia, yang digelar oleh Indonesian Watercolour Society (IWS) di Thee Huis Gallery, Taman Budaya Jawa Barat, sepanjang Mei lalu.

Pameran ini merupakan kali ketiga diselenggarakan IWS di Kota Bandung, setelah sebelumnya digelar pada 2016 di Gedung Indonesia Menggugat dan 2019 di Gedung Yayasan Pendidikan Kebudayaan. Ketua IWS, Robby Lulianto, mengatakan bahwa Aku Indonesia menjadi ruang silaturahmi bagi para pelukis cat air dari berbagai daerah di Indonesia.

“Pameran ini kami beri tema Aku Indonesia sebagai bentuk kebanggaan menjadi bangsa Indonesia yang kaya dengan keanekaragaman hayati, suku, budaya, pesona alam, serta keagungan bangunan bersejarahnya,” kata Robby dalam sambutannya saat pembukaan.

Ia juga menekankan keistimewaan cat air sebagai medium yang tidak bisa ditandingi oleh teknologi apa pun, termasuk kecerdasan buatan. 

“Keindahan visual dan estetika yang menjadi indikasi keunggulan cat air, dibanding media lain, bahkan tidak bisa ditandingi oleh teknologi AI sekalipun,” imbuhnya.

Di balik semarak karya-karya visual, pameran ini menyoroti isu penting soal identitas dan keberagaman. Dalam pengantar kuratorial, disebutkan bahwa populisme yang berafiliasi dengan politik identitas berbasis agama dan budaya di Indonesia membawa potensi disintegrasi sosial dan kebangsaan.

Tema Aku Indonesia dimaknai sebagai ajakan untuk menyadari dan merangkul perbedaan. 

“Eksistensi masyarakat plural dan multikultural pada dasarnya adalah sebuah realitas yang harus diterima, dirangkul, digeluti, dan diaplikasikan,” tulis tim kurator.

Sebanyak 52 karya dari puluhan pelukis dipamerkan. Para seniman yang berpartisipasi berasal dari berbagai kota seperti Bandung, Jakarta, Denpasar, Depok, Bogor, Gianyar, Kuta, Semarang, Sleman, Surabaya, Tangerang, hingga Lombok. 

Beberapa di antaranya adalah Alex Kasin, Budiarti Silalahi, Farida Wahyu, Danny S. Christian, Corry Harisyahatullaely, Iwan Kertawijaya, Made Sutarjaya, Sylvia Yudhira, dan Robby Lulianto.

Ragam gaya artistik seperti realisme, impresionisme, ekspresionisme, hingga simbolisme tampak dalam karya-karya tersebut. 

“Karya-karya seni lukis cat air dalam pameran Aku Indonesia adalah manifestasi artistik yang berupaya melukiskan pentingnya kesadaran atas ruang bersama,” ungkap tim kurator.

Pameran ini juga menjadi upaya membangkitkan kembali apresiasi terhadap seni cat air di tengah keterbatasan ruang dan perhatian publik. IWS yang dipimpin Robby Lulianto dan dibina oleh Tossin Himawan telah menggelar pameran serupa di berbagai kota, baik di dalam maupun luar negeri, selama lebih dari tiga dekade.

“Ketika pandemi Covid-19 melanda, beratus karya tetap lahir dari tangan dan kepekaan mereka,” ujar kurator, menekankan semangat berkarya para pelukis cat air di tengah keterbatasan.

Menurut mereka, cat air memiliki elan vital daya hidup yang bersumber dari intuisi dan kejutan visual dalam proses melukis. 

“Unsur kejutan yang lahir dari aspek ketidakterdugaan menjadi berharga sebagai elan vital ketika persepsi intuitif bekerja dalam tegangan kesadaran,” tutup mereka. (SAT)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar