Drainase Buruk dan Minim TPS, Warga Desa Sariwangi Terancam Banjir dan Pencemaran

Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara (Perbanusa) Kota Cimahi, Wahyu Dharmawan

SURAT KABAR, KBB – Buruknya sistem drainase dan minimnya Tempat Penampungan Sementara (TPS) di Desa Sariwangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB), mendapat sorotan tajam dari Perkumpulan Pengelola Sampah dan Bank Sampah Nusantara (Perbanusa) Kota Cimahi.

Permasalahan tersebut dinilai mencerminkan lemahnya perhatian pemerintah terhadap kebutuhan dasar masyarakat, khususnya dalam pengelolaan lingkungan yang sehat dan aman.

Wahyu Dharmawan dari Perbanusa menegaskan bahwa Desa Sariwangi memiliki posisi strategis karena menjadi jalur lalu lintas warga dari Kota Bandung menuju Cimahi dan sebaliknya. Menurutnya, kondisi lingkungan yang memprihatinkan di desa tersebut seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah daerah.

“Dengan lebih dari 10 desa di Parongpong, boleh jadi Camat punya banyak keterbatasan mengurusi Desa Sariwangi dengan baik. Namun karena Desa Sariwangi ini menjadi salah satu jalur perlintasan warga dari Kota Bandung ke Cimahi dan KBB ataupun sebaliknya, sikon Desa Sariwangi bisa mewakili cara pandang Pemda KBB terhadap warganya sendiri,” ujar Wahyu saat ditemui, Jumat (30/5/25).

Ia mengungkapkan bahwa dirinya kerap melewati kawasan tersebut saat pulang ke Cimahi dari Ciwaruga. Genangan air hampir selalu terlihat setiap kali hujan turun atau sesudahnya, yang menurutnya menjadi tanda buruknya sistem drainase.

“Sudah waktunya mengubah drainase kecil di beberapa jalan menjadi kapasitas yang lebih besar. Tapi paling penting adalah juga mulai menyiapkan drainase di beberapa titik yang memang belum ada saluran pembuangan air di kanan dan atau kiri jalan,” tegasnya.

Wahyu juga menekankan pentingnya pembangunan drainase yang memadai sebagai bagian tak terpisahkan dari perbaikan infrastruktur jalan. Menurutnya, perbaikan jalan akan sia-sia jika tidak disertai sistem pembuangan air yang memadai.

Tak hanya itu, ia juga menyoroti kurangnya pemahaman masyarakat, termasuk pemerintah desa, terkait pengelolaan air limbah. Wahyu menilai, kepala desa perlu memahami perbedaan antara grey water dan black water serta memastikan agar kedua jenis limbah itu tidak dialirkan ke sistem drainase.

“Drainase lebih difungsikan untuk mengontrol air larian, khususnya pada saat hujan,” tambahnya.

Minimnya keberadaan TPS di lingkungan warga juga memperparah kondisi. Sampah yang menumpuk seringkali terbawa arus air saat hujan deras, memperburuk genangan dan mencemari sumber air bersih masyarakat.

Ketua RT 01 RW 12 Desa Sariwangi, Wahyu (53), membenarkan bahwa saluran drainase yang kecil menjadi penyebab utama air hujan meluap hingga masuk ke rumah-rumah warga.

“Kalau kena banjir, mungkin harus ada rehabilitasi lingkungan dan perhatian dari pihak pemerintah. Gorong-gorongnya harus bagaimana juga, mungkin harus dibongkar atau bagaimana,” ucapnya.

Ia berharap ada langkah konkret dari pemerintah Kabupaten Bandung Barat untuk segera menangani persoalan lingkungan tersebut sebelum kerusakan semakin meluas dan mengancam keselamatan warga. (SAT)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar