Kasus Kekerasan Seksual Masih Dominan, P2TP2A Cimahi Soroti Dampak Kecanduan Gadget pada Anak

Ilustrasi Anak Kecanduan Gawai (Doc. Meta AI)


SURAT KABAR, CIMAHI- Di tengah gelombang digitalisasi yang tak terbendung, ancaman terhadap kesehatan mental dan emosional anak-anak kian mengkhawatirkan. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Cimahi mencatat gejala kecanduan gadget pada anak kini menyerupai pola adiktif yang mirip dengan kecanduan narkotika. 

Fenomena ini tidak hanya berdampak pada aspek psikologis, tetapi juga bersinggungan dengan meningkatnya kasus kekerasan seksual terhadap anak.

Sepanjang Januari hingga pertengahan April 2025, P2TP2A Cimahi mencatat 27 kasus kekerasan yang masuk dalam pendampingan mereka. Dari jumlah tersebut, kekerasan seksual mendominasi dengan 13 kasus. Diikuti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebanyak 7 kasus, serta 2 kasus penelantaran. Yang lebih mengkhawatirkan, terdapat pula kekerasan yang menyasar anak-anak, indikasi kekerasan berbasis orientasi seksual (LGBT), pelanggaran ITE, hingga self-harm.

“Tidak tercatat adanya kasus trafficking maupun kekerasan fisik pada periode ini,” kata Psikolog Klinis P2TP2A, Yukie Agustia Kusmala, saat ditemui Rabu (7/5/2025).

Yukie menuturkan bahwa kecanduan gadget dapat memicu gangguan emosi anak. Ketika akses ke perangkat digital dihentikan secara mendadak, anak-anak menunjukkan reaksi ekstrem seperti kecemasan berlebihan, tantrum, hingga ledakan kemarahan.

“Kondisi ini bukan sekadar reaksi emosional biasa. Ini merupakan hasil perubahan kimiawi di otak akibat stimulus kesenangan yang diberikan secara terus-menerus oleh gadget,” ujar Yukie. 

Ia menambahkan bahwa jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa berkembang menjadi kecanduan digital yang berdampak serius pada perkembangan anak.

Meski tren kekerasan anak secara umum menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, P2TP2A mencatat bahwa bentuk kekerasan seksual tetap menjadi kasus dominan. Pada 2022, jumlah kasus sempat mencapai puncaknya dengan 78 laporan yang meliputi kekerasan seksual, KDRT, dan penelantaran anak.

“Permasalahan anak tidak hanya datang dari dunia digital, tetapi juga dari lingkungan sosial dan keluarga yang tidak aman,” ujarnya.

Yukie mengingatkan, solusi atas kecanduan gadget bukan sekadar dengan pelarangan. Orang tua harus mampu menyediakan aktivitas alternatif yang bermakna dan menyenangkan, tanpa sepenuhnya mengandalkan teknologi.

“Alternatif seperti kegiatan olahraga, pemanfaatan ruang terbuka hijau, kelompok bermain, hingga program seni dan kerajinan dapat menjadi cara yang efektif membangun koneksi sosial yang sehat,” ujarnya.

Namun, di lapangan, banyak anak justru tenggelam dalam aktivitas digital yang mengandung unsur negatif. Mulai dari game dengan elemen judi terselubung, hingga konten media sosial yang mendorong perbandingan sosial tidak sehat. Minimnya pemahaman dan pengawasan dari orang tua menjadi faktor yang memperburuk situasi.

Dalam hal ini, kata Yukie, peran orang tua sangat vital. Mereka harus menjadi lebih dari sekadar pengawas. Mereka harus hadir dan terlibat aktif dalam kehidupan digital anak.

“Berikan batasan waktu yang jelas dan masuk akal. Pahami konten yang dikonsumsi anak. Dan yang paling penting, hadir dalam keseharian mereka melalui interaksi yang hangat dan bermakna,” tegas Yukie.

Masalah kecanduan gadget tidak dapat ditangani secara parsial. Persoalan ini berkaitan erat dengan kondisi emosional, sosial, dan struktur keluarga yang kompleks. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan harus menyentuh banyak aspek: teknologi, psikologi, sosial, hingga edukatif.

Yukie mendorong adanya kolaborasi antara orang tua, sekolah, pemerintah, serta komunitas dalam menghadirkan sistem pendampingan dan edukasi literasi digital yang efektif.

Dengan sinergi berbagai pihak, anak-anak diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara sehat di tengah derasnya arus digitalisasi bukan hanya sebagai pengguna teknologi, tetapi juga sebagai individu yang mampu mengendalikan dan menyikapinya dengan bijak. (SAT)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar