SURAT KABAR - Persoalan sampah plastik kian menumpuk, seiring gaya hidup modern yang tak bisa lepas dari kemasan sekali pakai. Di tengah kekhawatiran akan dampak lingkungan yang ditimbulkan, secercah harapan datang dari Banjarnegara.
Sebuah inovasi lokal berhasil mengubah tumpukan plastik tak berguna menjadi bahan bakar minyak (BBM) berkualitas tinggi, lewat teknologi pirolisis.
Teknologi ini bukan sekadar uji coba. Lewat mesin FAST PIROLISIS GEN 5, tim gabungan dari Bank Sampah Banjarnegara, Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup BRIN, serta Baperlitbang Banjarnegara membuktikan bahwa sampah bisa disulap menjadi solusi energi alternatif dan yang terpenting, ramah lingkungan.
Berangkat dari Krisis Sampah Nasional
Pengelolaan sampah plastik di Indonesia sudah menjadi isu serius selama bertahun-tahun. Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, serta berbagai regulasi lain seperti UU Kesehatan, PP No. 81 Tahun 2012, hingga Permen LH No. 13 Tahun 2012, prinsip reduce, reuse, recycle menjadi dasar pengelolaan yang digalakkan.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa implementasi masih lemah, dan jumlah sampah plastik terus meningkat.
Teknologi pirolisis hadir sebagai alternatif konkret. Lewat proses pemanasan tanpa oksigen, berbagai jenis sampah plastik seperti HDPE, LDPE, PP, PS, oli bekas hingga sterofoam dapat diurai dan dikonversi menjadi BBM jenis baru bernama Petasol.
Cara Kerja Mesin dan Produksi BBM
Mesin FAST PIROLISIS GEN 5 dilengkapi reaktor destilasi, sistem pengering (dryer), serta alat pemroses lanjutan. Kapasitasnya bervariasi, mulai dari 70 hingga 280 kg plastik per proses. Plastik yang diproses harus bersih dan kering agar hasil maksimal.
Dari 50 kg plastik, mesin ini mampu menghasilkan rata-rata 40 liter BBM. Hasilnya bukan sekadar cairan mudah terbakar, tapi telah lolos uji dari BRIN dan Lemigas, memenuhi standar Euro 2 hingga Euro 4 standar tinggi untuk kualitas emisi kendaraan bermotor.
Tak berhenti di situ, inovasi ini juga telah didaftarkan hak patennya di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), mencakup teknologi mesin pirolisis (P00202314623), katalis (P00202405655), dan produk bahan bakar Petasol (DID2024100294).
Efisiensi Biaya dan Peluang Usaha
Secara ekonomi, teknologi ini sangat menjanjikan. Biaya produksi sekitar Rp 222 ribu per proses, dengan nilai jual produk BBM sebesar Rp 400 ribu. Artinya, ada potensi laba bersih sekitar Rp 178 ribu hanya dari 50 kg sampah plastik.
Lebih dari itu, pendekatan ini membuka peluang usaha untuk masyarakat. Sistem distribusi keuntungan pun telah dirancang: pengelola bank sampah mendapat Rp 2.900 per kg, sementara masyarakat yang menyetor sampah plastik memperoleh Rp 1.800 per kg. Totalnya, ada potensi nilai ekonomi sebesar Rp 4.700 untuk setiap kilogram plastik yang diolah.
Tekan Emisi Hingga 79 Persen
Dari sisi lingkungan, hasil kajian emisi gas rumah kaca (GRK) sangat mencengangkan. Pirolisis menghasilkan emisi CO₂e sebesar 0,3841 kg per kilogram plastik, jauh lebih rendah dibanding metode pembakaran terbuka (open burning) yang mencapai 1,8022 kg CO₂e.
Ini berarti teknologi ini mampu menurunkan emisi hingga 79 persen angka yang sangat signifikan dalam konteks perubahan iklim global.
Selain itu, bahan bakar hasil pirolisis juga telah diuji coba langsung pada kendaraan. Dalam pengujian dengan mobil Fortuner, Petasol bisa digunakan tanpa modifikasi mesin, membuktikan bahwa bahan bakar alternatif ini benar-benar bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Diakui Nasional, Jadi Harapan Daerah Lain
Inovasi ini tidak hanya bermanfaat secara lokal. FAST PIROLISIS GEN 5 dan produk Petasol telah meraih pengakuan nasional, termasuk dari Pertamina Foundation serta Gubernur Jawa Tengah dalam ajang Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (KRENOVA) 2022.
Penghargaan tersebut menjadi bukti bahwa inovasi dari daerah pun bisa bersaing di kancah nasional. Bahkan, bisa menjadi inspirasi bagi wilayah lain di Indonesia untuk meniru dan mengembangkan teknologi serupa.
Dari Sampah Jadi Solusi
Inovasi ini menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan sampah tak hanya soal pembersihan lingkungan, tapi bisa menjadi ladang ekonomi dan energi baru. Teknologi pirolisis di Banjarnegara telah mengubah cara pandang terhadap sampah plastik bukan sebagai beban, tapi sebagai aset.
Dengan pendekatan ilmiah yang matang, kerja sama lintas lembaga, serta keterlibatan aktif masyarakat, solusi ini telah membuktikan diri sebagai model pengelolaan sampah berkelanjutan yang bukan hanya layak ditiru, tapi juga ditanamkan sebagai kebijakan strategis di banyak wilayah.(SAT)
0 Komentar